Nyamplung, Harapan bagi Pengidap HIV/AIDS
SATUHARAPAN.COM – Tumbuhan yang banyak ditemukan di kawasan pantai ini dikenal dengan nama nyamplung. Secara internasional, tumbuhan ini dikenal melalui nama ilmiahnya, Calophyllum inophyllum L.
Sebaran tumbuhan yang termasuk dalam marga Calophyllum ini cukup luas di dunia, yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan, dan Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Di Indonesia, nyamplung tersebar mulai dari Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur, dan Papua.
Di Indonesia tumbuhan yang juga dikenal dengan nama cimplong dan penago ini telah lama digunakan sebagai obat tradisional, baik bagian daun, kulit batang, biji, maupun bunganya.
Pohonnya dapat mencapai tinggi 20 meter, berkulit kasar, hitam, tebal, dan keras. Daunnya berbentuk telur terbalik, bunganya yang besar, putih, berada dalam tandan.
Pada 2005, Sri Budi Sulianti dan Emma Sri Kuncari, peneliti Bidang Botani dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Sofnie M Chairul dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), melakukan penelitian “Pemeriksaan Farmakognosi dan Penapisan Fitokimia dari Daun dan Kulit Batang Calophyllum inophyllum dan Calophyllum soulatri”.
Pada penelitian itu dilakukan pemeriksaan farmakognosi (makroskopik dan mikroskopik) serta penapisan fitokimia, terhadap kedua jenis Calophyllum, yaitu Calophyllum inophyllum dan Calophyllum saulatri, dengan harapan dapat memperluas informasi pemanfaatan tumbuhan tersebut sebagai obat alternatif.
Mengutip dari publikasi hasil penelitian para peneliti di atas, juga dari buku Obat Asli Indonesia karya Dr A Seno Sastroamidjojo, disebutkan seduhan daun nyamplung dapat digunakan untuk mencuci mata yang meradang. Rebusan kulit batang digunakan untuk mengobati penyakit keputihan dan rematik.
Biji digunakan untuk mengobati kudis, borok, dan penumbuh rambut.
Tumbuhan ini juga dapat digunakan sebagai racun ikan.
Anggota Famili Clusiaceae ini umumnya mengandung resin, minyak atsiri, steroid, tannin, triterpen, dan saponin. Belakangan ini, seperti ditulis Sri, Emma, dan Sofnie, ditemukan pula senyawa yang berkhasiat anti HIV (Human Immunodeficiency Virus) dari tanaman nyamplung, yaitu inophyllum A-E, inophyllum P, inophyllum G-1, dan inophyllum G-2.
Nyamplung, seperti dapat dibaca di Wikipedia, juga punya banyak kelebihan sebagai bahan baku biofuel. Bijinya mempunyai rendemen tinggi, bisa mencapai 74 persen, dan dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan kepentingan pangan.
Beberapa keunggulan nyamplung ditinjau prospek pengembangan dan pemanfaatan lain, antara lain adalah tanaman ini tumbuh dan tersebar merata secara alami di Indonesia, mudah dibiakkan, berbuah sepanjang tahun, yang menunjukkan daya survival tinggi terhadap lingkungan. Tanaman relatif mudah dibudidayakan baik dalam tanaman sejenis (monokultur) ataupun hutan campuran (mixed-forest), dan cocok dikembangkan di daerah beriklim kering.
Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung dapat dimanfaatkan dan menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi. Tegakan hutan nyamplung berfungsi sebagai pemecah angin (wind breaker) untuk tanaman pertanian dan konservasi pantai.
Pemanfaatan biofuel nyamplung dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar karena produktivitas biji lebih tinggi dibandingkan jenis lain. Contohnya jarak pagar 5 ton/ha, kelapa sawit 6 ton/ha, sementara nyamplung 20 ton/ha.
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...