Suweg, Sumber Pangan Sehat Rendah Gula
SATUHARAPAN.COM – Suweg, dan satwa beo nias, terpilih menjadi maskot dalam peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) 2015 yang mengangkat tema “Ayo Selamatkan Puspa dan Satwa sebagai Penyangga Kehidupan Mulai dari Lingkungan Kita”. Pemilihan maskot untuk kegiatan tahunan untuk 2015 itu, diambil dari puspa dan satwa yang mulai terancam punah.
Suweg di kancah internasional dikenal melalui nama ilmiahnya, Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson. Suweg, nama dari bahasa Jawa, seperti dituliskan di Wikipedia, masih berkerabat dekat dengan bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum) dan iles-iles (Amorphophallus muelleri). Suweg sering dicampuradukkan dengan iles-iles karena dua tanaman itu menghasilkan umbi batang yang dapat dimakan dan ada kemiripan dalam morfologi daun pada fase vegetatifnya.
Suweg, juga memiliki banyak nama sinonim, di antaranya yakni Dracontium paeoniifolium Dennst., Amorphophallus giganteus Blume, Amorphophallus gigantiflorus Hayata, Amorphophallus malaccensis Ridl., dan Amorphophallus sativus Blume.
Sebagian orang menyebutnya porang, meskipun nama ini juga dipakai untuk menyebut iles-iles. Dalam bahasa Inggris, tanaman ini dikenal dengan nama elephant foot yam atau stink lily. Masyarakat Tonga menyebutnya teve, sementara dalam bahasa Bengal tanaman ini dikenal dengan nama jimmikand, suran, chenna, ol.
Suweg adalah tanaman asli Asia Tenggara, tumbuh di hutan-hutan di kawasan Semenanjung Malesia, Filipina, dan India bagian selatan yang beriklim tropik.
Di banyak daerah, terutama di Jawa, umbi suweg telah menjadi sumber pangan masyarakat. Selain sebagai sumber pangan, tanaman yang kaya karbohidrat ini dimanfaatkan sebagai bahan lem, agar-agar, mi, tahu, roti, hingga kosmetik.
Di Filipina, umbi suweg diolah menjadi tepung, dan biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan roti. Di Jepang, umbi-umbian sekerabat suweg telah banyak dimanfaatkan untuk bahan pangan, misalnya bahan pembuatan mi instan.
Dari sisi kesehatan, juga menurut Wikipedia, tepung suweg dapat dipakai sebagai pangan fungsional yang bermanfaat untuk menekan peningkatkan kadar glukosa dalam darah, sekaligus mengurangi kadar kolesterol serum darah, yaitu makanan yang memiliki indeks glikemik rendah dan memiliki sifat fungsional hipoglikemik dan hipokolesterolemik.
Karena mengandung serat pangan tinggi, suweg juga mampu memberi pertahanan pada manusia terhadap timbulnya berbagai penyakit seperti kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan, kolesterol tinggi dalam darah, dan kencing manis.
Didah Nur Faridah, dari Institut Pertanian Bogor, seperti dapat dibaca di itp.fateta.ipb.ac.id, termasuk salah satu peneliti Indonesia yang meneliti suweg. Salah satu karya penelitiannya adalah “Pangan Fungsional dari Umbi Suweg dan Garut: Kajian Hipokolesterolemik dan Indeks Glikemiknya”.
Peneliti di bidang teknologi pangan yang pernah dimuat di Majalah Gatra, mengungkapkan bahwa suweg ternyata memiliki kadar serat tinggi, tapi rendah gula, sehingga, umbi ini bisa menjadi alternatif pengganti nasi bagi penderita diabetes.
Didah menemukan kandungan karbohidrat suweg mencapai 18 persen-21 persen, dengan kadar serat mencapai 15,09 persen. Kandungan proteinnya setelah dijadikan tepung juga meningkat menjadi 11,67 persen. Kadar serat yang tinggi itulah yang membuat suweg memiliki kandungan gula yang rendah. Didah berharap bisa melanjutkan penelitian ini untuk mengembangkan suweg menjadi makanan alternatif bagi penderita diabetes.
Melihat manfaat dan khasiatnya tersebut, suweg potensial untuk dikembangkan di Indonesia, untuk industri pangan dan kesehatan.
Banjarmasin Gelar Festival Budaya Minangkabau
BANJARMASIN, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan memberikan dukungan p...