“O Little Town of Bethlehem” Diciptakan untuk Anak Sekolah Minggu
SATUHARAPAN.COM - Hai Kota Mungil Betlehem adalah salah satu lagu yang acap dilantunkan di saat-saat merayakan Natal. Lagu yang terdapat dalam Kidung Jemaat no 94 ini, terjemahan Yayasan Musik Gereja di Indonesia (Yamuger) pada 1978, dari O Little Town of Bethlehem, ciptaan Phillips Brooks, pendeta gereja Episkopal.
Brooks adalah pendeta di Philadelphia, Pennsylvania, pada saat itu, memerlukan lagu untuk acara sekolah minggu menjelang perayaan Natal. Ia, seperti dapat dibaca di dalam buku Alfred Simanjuntak, Kisah Kidung, terbitan Yamuger, menulis syair lagu itu pada tahun 1868, tiga tahun sesudah berkunjung ke Palestina.
Kunjungan ke Palestina, khususnya ketika ikut merayakan Natal di Betlehem, di gereja tempat kelahiran Yesus, rupanya membuatnya terkesan. Kenangan itulah yang melahirkan syair lagu O Little Town of Bethlehem ketika Brooks diminta menulisnya.
Ia memberikan satu salinan kepada Lewis Henry Redner, pemain organ di gereja itu dan minta dibuatkan melodi yang cocok untuk anak-anak sekolah minggu. Redner adalah pengawas sekolah minggu, yang, sama dengan Brooks, mencintai anak-anak.
Pada suatu malam ia terbangun dari tidurnya dan cepat-cepat menulis melodi yang dia dapat ketika itu. Redner selalu mengatakan dan mengakui bahwa lagu itu ia terima dari surga. Lagu itu terbukti sangat disukai anak-anak sampai sekarang.
Phillips Brooks lahir pada tahun 1835 di Boston, Massachusetts. Tamat dari Harvard dan Sekolah Teologia di Virginia pada tahun 1859, ia bertugas sebagai pendeta di Philadelphia dari tahun 1859 sampai 1869, dan di Boston dari 1869 sampai 1891. Kemudian dia diangkat menjadi uskup gereja-gereja episkopal di wilayah Massachusetts, tetapi tak lama kemudian meninggal tahun 1893.
Brooks dikenal sebagai orang yang sangat berbakat dan ramah. Ia tidak pernah menikah, tetapi suka sekali pada anak-anak. Di rumahnya banyak alat permainan anak-anak, sehingga mereka suka singgah dan bercakap-cakap dengan Brooks, yang tingginya hampir 2 meter itu. Anak-anak merasa sangat kehilangan ketika ia meninggal.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...