Obama Belum Pastikan Mengunjungi Hiroshima
WASHINGTON D.C., SATUHARAPAN.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama masih belum memastikan akan melakukan kunjungan ke Kota Hiroshima, Jepang, yang menjadi salah satu dari dua kota yang di Jepang yang dibom AS.
“Kami jelas bekerja keras merencanakan perjalanan itu, namun belum ada tanggal yang jelas,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Josh Earnest, seperti diberitakan Japan Today hari Rabu (4/5).
Menurut Japan Today kunjungan ke kota dan kubah yang menjadi saksi bisu bom nuklir tersebut menjadi kunjungan yang kontroversial.
“Presiden Obama telah berkunjung ke Jepang tiga atau empat kali, dan setiap kali presiden telah melakukan kunjungan resmi ke Jepang publik menanyakan pertanyaan ini,” kata Earnest.
Earnest tidak mengutarakan niat presiden mengunjungi kota tersebut, namun membeberkan dengan detail tentang agenda Obama pada akhir Mei 2016 saat orang nomor satu di Negeri Paman Sam tersebut akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Group of Seven (KTT G7) di Prefektur Mie, Jepang pada 26-27 Mei 2016.
KTT G7 didahului dengan pertemuan para menteri luar negeri beberapa negara di Hiroshima pertengahan April 2016. Dalam pertemuan tersebut beberapa menteri luar negeri yang tergabung dalam G7 mengeluarkan pernyataan Hiroshima Declaration.
Dalam Hiroshima Declaration ada beberapa poin penting selain membahas penanganan nuklir dan stabilitas keamanan, menekankan keamanan maritim adalah iktikad baik dan sesuai dengan hukum internasional, termasuk sipil dan arbitrasi.
“Para menteri prihatin tentang situasi di Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan,” kata Menteri Luar Negeri Jepang, Fumio Kishida, seperti diberitakan Japan Times hari Rabu (13/4).
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, tercatat sebagai tokoh politik AS yang mengunjungi Hiroshima. Kala itu Kerry mengemukakan dia merasa terharu dan dapat bersimpati dengan banyak warga Hiroshima yang menjadi korban bom nuklir. “Semua orang harus mengunjungi Hiroshima,” kata Kerry.
Menurut Japan Today, Kementerian Luar Negeri Jepang telah lama mendesak para pemimpin dunia mengunjungi Hiroshima dan Nagasaki untuk melihat kengerian akibat bom atom dan bergabung upaya pemberantasan senjata nuklir.
Pada 6 Agustus 1945, AS menjatuhkan bom atom pertama di dunia di Hiroshima, bom tersebut menewaskan sekitar 140.000 orang. Tiga hari kemudian, militer AS menjatuhkan bom plutonium di kota pelabuhan Nagasaki, menewaskan sekitar 74.000 orang.
Japan Today mencatat banyak orang yang selamat dari ledakan itu namun saat meninggal dunia beberapa tahun setelah tragedi tersebut, terkena paparan radiasi.
Beberapa waktu lalu, dalam kaitannya dengan bom nuklir, perempuan Jepang yang selamat dari bom Atom Hiroshima, Yoshiko Kajimoto, mendesak agar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara yang tergabung dalam Group of Seven (G7) agar memperhatikan nuklir sebagai masalah yang urgen.
“Saya berharap wartawan yang meliput kegiatan akan memberi informasi kepada para pemimpin agar mereka bisa merasakan dari dasar hati mereka tentang banyaknya orang yang putus asa dan putus harapan karena meninggal dunia oleh senjata nuklir,” kata Kajimoto seperti diberitakan situs berita Jepang Asahi Shimbun, hari Minggu (10/4).
“Semua pemimpin dunia harus mengambil tindakan untuk dunia yang bebas nuklir setelah mereka kembali ke rumah,” kata Kajimoto.
Kajimoto mensosialisasikan hal tersebut kepada media di Tokyo, Jepang, yang meliput pertemuan beberapa menteri luar negeri yang tergabung dalam G7, hari Minggu (10/4) sampai dengan Senin (11/4). (japantimes.co.jp/asahi.com/japantoday.com)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...