Obama Bertemu Thein Sein: Kekerasan terhadap Minoritas Muslim Harus Berhenti
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, memuji Presiden Myanmar, Thein Sein, tentang kepemimpinannya dalam menggerakkan negaranya menuju reformasi politik dan ekonomi. Demikian diberitakan berbagai media mengenai pertemuan Obama dan Sein, Senin (20/5) waktu setempat.
Kedatangan Thein Sein ke gedung Putih merupakan pemimpin Myanmar pertama sejak 1966. Dan disebutkan Obama mnyebutkan untuk pertama menyebut nama negara itu dengan Myamar, nama yang diperkenalkan oleh penguasa militer sejak 1989. Sebelumnya negara itu dikenal sebagai Burma.
Di sisi lain, Obama juga menyatakan "keprihatinan yang mendalam" pada kekerasan terhadap etnis minoritas Muslim di Myanmar. Hal ini berkaitan dengan komunitas Rohingya yang tidak diakui sebagai warga Myanmar, dan juga tidak diakui oleh Bangladesh. Mereka sekarang mengungsi di kam-kam.
Obama mengatakan dan mengakui bahwa Presiden Thein Sein telah melakukan "upaya-upaya yang tulus" untuk menyelesaikan ketegangan etnis di negeri tersebut. Namun “perpindahan orang, kekerasan yang ditujukan terhadap mereka perlu dihentikan.”
Presiden Thein Sein, melalui seorang penerjemah, mengakui bahwa Myanmar memiliki banyak tantangan dalam pengembangan demokrasi. “Kita harus bergerak maju, dan kita harus melakukan reformasi politik dan reformasi ekonomi,” kata dia.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...