DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja
23:18 WIB | Kamis, 15 Agustus 2013
Obama Kutuk Kekerasan di Mesir, Korban Tewas 525
MESIR, SATUHARAPAN.COM - Presiden AS Barack Obama sangat mengutuk aksi kekerasan di Mesir, dan membatalkan latihan militer bersama yang direncanakan akhir bulan ini. Dia mengatakan kekuatan militer bukan cara untuk menyelesaikan perbedaan politik.
Komentar Obama itu keluar sehari setelah pasukan keamanan membubarkan kamp demonstran pendukung Ikhwanul Muslimin, setidaknya sudah 500 orang tewas. Kelompok Ikhwanul Muslimin telah melakukan aksi protes selama berminggu-minggu menentang penggulingan militer terhadap mantan presiden Mohammed Morsi pada bulan Juli lalu.
Dalam aksi kekerasan terbaru pada hari Kamis (15/8), ratusan anggota Ikhwanul Muslimin membakar sebuah gedung pemerintah di dekat Kairo. Tayangan televisi lokal menunjukkan petugas pemadam kebakaran mengevakuasi karyawan dari gedung kantor pemerintah daerah Giza. Nile News TV juga melaporkan bentrokan antara anggota Ikhwan dan penduduk di pinggiran kota Alexandria.
Pemerintah mengatakan 525 orang tewas di seluruh Mesir pada hari Rabu, tetapi jumlah korban hingga Kamis ini mungkin secara signifikan lebih tinggi. Puluhan mayat belum teridentifikasi, karena perhitungan resmi hanya mencakup korban yang telah diverifikasi pihak rumah sakit.
Wartawan BBC mengaku melihat 202 mayat dibungkus kafan di masjid Eman, sekitar lokasi kamp utama demonstran di Rabaa al-Adawiya Square, jenasah ini tidak mungkin ikut dihitung secara resmi.
Ikhwanul Muslimin menegaskan bahwa lebih dari 2.000 orang meninggal. Mereka juga mengatakan sekitar 300 mayat dibawa ke masjid Eman, dan mayat lainnya dibawa ke gedung olahraga.
Kairo banjir darah
Pasukan keamanan membawa buldoser lapis baja langsung menuju ke dua kamp demonstran di Kairo tak lama setelah fajar pada hari Rabu (14/8).
Kamp yang lebih kecil jika dibanding dua kamp utama demonstran, di Nahda Square, dibersihkan dengan cepat. Tetapi langsung menimbulkan bentrokan selama beberapa jam di dalam dan sekitar kamp utama di Rabaa al-Adawiya. Akibat bentrokan itu Masjid al-Adawiya di Rabaa juga terbakar.
Massa kemudian melakukan serangan balasan pada gedung-gedung pemerintah dan kantor polisi serta gereja milik minoritas Kristen Koptik. Dalam pidato televisi pada Rabu malam, Perdana Menteri interim Mesir Hazem Beblawi membela aksi dari pasukan keamanan, dia mengatakan pihak berwenang harus memulihkan keadaan.
Dia mengumumkan keadaan darurat selama satu bulan, tetapi mengatakan kondisi darurat itu segera dicabut sesegera mungkin.
Banyak negara telah mengutuk tindakan pasukan keamanan Mesir. Navi Pillay, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, telah menuntut, meminta penyelidikan independen atas apa yang terjadi pada hari Rabu.
"Jumlah orang yang tewas atau terluka, bahkan menurut angka pemerintah, sangat berlebihan, bahkan ekstrim, atas penggunaan kekerasan terhadap demonstran," kata Pillay dalam sebuah pernyataan.
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menggambarkan peristiwa sebagai "pembantaian yang sangat serius".
Mohammed Morsi, presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis, dan digulingkan militer pada 3 Juli, masih dalam tahanan. Morsi didakwa melakukan pembunuhan pada 2.011 orang tahanan. Masa penahanannya diperpanjang 30 hari mulai Kamis (15/8), kata media milik pemerintah. (bbc.co.uk)
BERITA TERKAIT
KABAR TERBARU
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...