Obat Jantung Terkontaminasi Membunuh Ratusan Pasien di Pakistan
SATUHARAPAN.COM – Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO) melaporkan bahwa lebih dari 200 orang tewas dan sekitar 1.000 orang mengalami sakit parah di Pakistan setelah mengkonsumsi obat jantung yang terkontaminasi.
Hal itu dilaporkan dalam situs resmi WHO yang dirilis pada Senin (29/4). Pakar dari WHO disebutkan berperan penting dalam penyelidikan kasus tersebut.
Pasien yang mengkonsumsi obat jantung tersebut mengalami pendarahan dari mulut dan saluran pencernaan, serta muncul tanda gelap yang aneh di kulit. Selain itu, kadungan sel darah putih dan trombosuit pasien juga pada tingkat yang sangat rendah. Hal ini adalah gejala pada pasien yang dikirim ke rumah sakit di kota Lahore pada awal Desember 2011.
Pada awalnya, dokter menduga mereka menghadapi wabah baru demam berdarah. Tapi mereka bingung, karena laporan yang diperoleh menyebutkan tidak ditemuan jentik nyamuk demam berdarah di kawasan pasien, dan semua gejala juga tidak cocok dengan penyakit demam berdarah. Pada pertengahan Januari, 25 orang telah meninggal akibat penyakit misterius ini dan ratusan orang masuk unit gawat darurat. Hal ini membuat rumah sakit setempat menjadi lebih sibuk.
Tindakan Segera
Sebuah tim dokter kemudian dibentuk dan menemukan pola yang umum bahwa semua pasien tersebut telah meminum obat kardiovaskuler produksi lokal dan dibagikan secara gratis oleh Punjab Institute of Cardiology di Lahore.
Para pakar mencurigai reaksi yang berbahaya itu kemungkinan akibat overdosis atau obat tersebut kontaminasi. Menteri Kesehatan Punjab segera memperingatkan tentang lima obat yang diduga menyebabkan masalah tersebut. Obat itu diperkirakan telah didistribusikan kepada sekitar 46.000 pasien. Pengujian awal dilakukan di Pakistan, dan kemudian sampel obat tersebut dikirim ke laboratorium di seluruh dunia.
Sementara itu, laporan di media lokal dan diskusi online mulai menyebabkan kepanikan dan banyak orang berhenti minum semua obat jantung. "Laporan media yang muncul dari Pakistan dikutip oleh staf WHO di Islamabad dan Jenewa. Meskipun beberapa ceritanya saling bertentangan, hal itu jelas menunjukkan bahwa Pakistan sedang menghadapi masalah kesehatan yang sangat serius," kata Michael Deats, dari Departemen Obat Esensial dan Produk Kesehatan, WHO.
Bantuan Tenaga Ahli
Akibat situasi ini, Pemerintah Punjab meminta bantuan dari WHO untuk tenaga ahli di bidang farmakologi dan peraturan obat-obatan.
Pada tanggal 31 Januari, Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan Inggris (United Kingdom Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency) mengumumkan bahwa mereka telah mengidentifikasi kontaminan tersebut. Sejumlah besar obat antiparasit pirimetamin ditemukan dalam obat kardiovaskular yang disebut sebagai Isotab. Obat itu diproduksi oleh Efroze, produsen yang mapan di Pakistan yang membuat obat kardiovaskular dan antimalaria di fasilitas produksinya di Karachi.
Disebutkan bahwa pada tingkat 14 kali dari dosis normal, pirimetamin itu menyebabkan defisiensi folat parah, menghancurkan trombosit dalam sumsum tulang dan memicu pendarahan internal berat. Untungnya, dosis tinggi kalsium folinate bisa membalikkan efek racun dari overdosis, sehingga pihak rumah sakit dapat mulai merawat pasien dengan segera.
Peringatan Keamanan Obat
Pada tanggal 3 Februari, WHO mengeluarkan Peringatan Keamanan Obat untuk menginformasikan pemerintah dan regulator farmasi di seluruh dunia tentang obat jantung terkontaminasi tersebut.
Pada tanggal 6 Februari, Deats bergabung dengan Mohamed Bin Shahna, dari WHO Kantor Wilayah untuk Mediterania Timur di Kairo, dan Khalid Bukhari dari kantor WHO di Islamabad, di Lahore. Tim WHO tersebut memulai tur intensif di Lahore, Karachi dan Islamabad mengunjungi rumah sakit, laboratorium, Kepala Polisi Punjab, Menteri Kesehatan, pejabat senior pemerintah, dan asosiasi produsen farmasi.
Mereka mengunjungi lokasi pembuatan Isotab, di mana diketahui bahwa drum berisi 25 kg pirimetamin telah hilang dan telah sengaja dicampur ke dalam obat jantung.
"Kami merasa sangat beruntung bahwa seluruh obat yang terkontaminasi dibagikan hanya melalui satu rumah sakit. Rumah sakit itu adalah salah satu dari sedikit rumah sakit di Lahore yang menggunakan komputer untuk mencatat pasien. Hal ini memudahkan pelacakan. Selain itu, keberuntungan datang dengan cepatnya bahan kontaminan diidentifikasi. "Banyak nyawa yang akhirnya diselamatkan setelah obat yang kontaminan tersebut diidentifikasi," kata Deats.
Memperbaiki Regulasi Obat
Sebuah penyelidikan hukum dilakukan pada tahun 2012 dan menemukan produsen obat yang lalai dan melakukan kriminal. Kasus ini menjadi pendorong seruan untuk peningkatan pengawasan terhadap produsen obat lokal oleh otoritas nasional yang berwenang pada regulasi obat.
Belajar dari kasus ini, pemerintah Pakistan kemudian mensahkan undang-undang yang mengatur pengawasan tersebut. Dan WHO berharap agar pengawasan terhadap obat dilakukan lebih ketat untuk menjamin keamanan masyarakat.
Disebutkan bahwa pakar dari WHO terus bekerja sama dengan pemerintah untuk memperbaiki peraturan obat-obatan, termasuk meningkatkan kualitas dua laboratorium pengujian obat di Lahore dan Karachi.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...