OJK Dorong IJK Tingkatkan Kemampuan Hadapi MEA
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong Industri Jasa Keuangan (IJK) untuk bersiap diri menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sektor keuangan yang akan berlangsung pada tahun 2020 mendatang dengan meningkatkan kemampuannya di bidang jasa keuangan.
“OJK berkepentingan agar industri jasa keuangan dapat tumbuh dan berkembang semakin kuat dan berdaya saing tinggi dengan mendorong industri jasa keuangan terus meningkatkan efisiensi dan daya saing, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)dan infrastruktur pendukung lainnya agar industri jasa keuangan nasional mampu berprestasi di tingkat nasional,” kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad dalam pembukaan OJK Forum 2015 dengan tema Peluang dan Tantangan Industri Jasa Keuangan dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan Jalan Senen Raya Nomor 1 Jakarta Pusat, hari Senin (12/10).
Menurutnya, dengan berlakunya MEA akan mempersempit kesenjangan kemampuan IJK di seluruh negara ASEAN, meningkatkan kestabilan sistem keuangan di kawasan dan melindungi kepentingan konsumen.
Tantangan dan Peluang Perbankan di MEA 2020
Pada kesempatan yang sama, Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko PT Bank Negara Indonesia (BNI) Imam Budi Sarjito mengungkapkan ada sembilan tantangan bagi sektor perbankan dalam menghadapi MEA.
Pertama, persaingan akan semakin ketat terutama dengan bank-bank dengan skala besar ASEAN yang lebih kuat seperti DBS, OCBC, UOB dan Maybank. Kedua, tingkat efisiensi perbankan Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan bank dari beberapa negara ASEAN utama. Ketiga, Perbankan di Indonesia masih sangat mengandalkan pendapatan bunga, sedangkan peran Fee based income masih relatif kecil sedangkan suku bunga masih tinggi.
Keempat, jumlah kantor di luar negeri masih sangat sedikit, sehingga jangkauan untuk bisa masuk ke pasar luar negeri menjadi terbatas. Kelima, meskipun Rasio Kecukupan Modal cukup tinggi dan memadai namun jumlah modal secara absolut masih terbatas bila dibandingkan dengan bank-bank besar di ASEAN.
Keenam, masih terbatasnya SDM yang handal di sektor perbankan seperti perebutan Executive Management yang masih ketat. Ketujuh, masih terbatasnya kemampuan untuk membangun infrastruktur pelayanan untuk menjangkau pasar yang secara geografis tersebar luas.
Kedelapan, mahalnya biaya untuk membangun sistem teknologi informasi yang handal untuk mendukung perkembangan bisnis dan layanan. Kesembilan, skala usaha masih relatif rendah bila dibandingkan dengan beberapa bank besar di ASEAN dan potensi untuk ekspansi kredit juga agak terkendali dengan Loan to Deposit Ratio (LDR).
Namun, dibalik tantangan tersebut peluang di sektor perbankan juga terbuka yaitu seperti customer based yang lebih besar, pasar yang lebih luas, pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, pendapatan masyarakat yang meningkat, kegiatan perdagangan dan investasi meningkat, menghasilkan potensi pasar yang lebih besar.
Untuk layanan perbankan bagi kegiatan perdagangan internasional adalah pemberian jasa advisory, pembiayaan pra pengapalan, pembiayaan pasca pengapalan dan jasa trade finance.
Kemudian untuk layanan jasa transaksi bank adalah untuk menunjang bisnis. Antara lain layanan untuk berbagai jenis pembayaran seperti pembayaran pajak ekspor-impor, biaya pengapalan dan asuransi, layanan cash management dan layanan transaction banking lainnya.
Kemudian, seiring meningkatnya kegiatan ekonomi maka pembiayaan atau kredit juga akan semakin meningkat. Begitu pula potensi dana yang dapat dihimpun.
“Mengingat sekitar 40 persen potensi pasar ada di dalam negeri maka memperkuat posisi di dalam negeri bisa menjadi prioritas sebelum menggarap potensi pasar di luar negeri,” kata dia.
Editor : Eben E. Siadari
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...