OMO HADA NIAS YANG PERKASA
SATUHARAPAN.COM – Rumahku istanaku. Ungkapan itu menyiratkan bahwa rumah semestinya menjadi tempat tinggal yang nyaman—senyaman istana; juga aman—seaman istana. Rumah perlu menjadi tempat yang nyaman dan aman karena dari situlah seseorang bertolak di pagi hari dan kembali di sore hari setelah seharian beraktifitas di luar rumah.
Leluhur Nias sangat arif dalam membangun rumah dan menata pemukimannya. Mereka menyiasati tantangan alam dengan penggunaan bahan kayu lokal, arsitektur tahan gempa, tata letak multifungsi, dan pemilihan lokasi yang dekat dengan sumber air dan ladang. Mereka memilih pelataran yang datar dan kokoh. Karena itu, omo hada—rumah tradisional Nias—bisa berumur panjang.
Omo hada bukan saja mejadi tempat bermukim yang nyaman, tetapi terbukti aman dari hantaman bencana gempa yang kerap melanda Pulau Nias. Rumah tradisional Nias umumnya berusia tua. Salah satu dari ratusan rumah adat yang tersisa saat ini adalah omo sebua (rumah raja) di desa adat Hilinawalömazinö, di Kabupaten Nias Selatan. Usianya sudah 300-an tahun, dan telah dihuni enam generasi.
Walau tampak renta, dan tak indah ladi, hingga kini omo sebua ini masih tetap berdiri. Ketika bencana gempa besar melanda Nias pada 2005, rumah-rumah beton yang megah dan indah runtuh dan mengubur penghuninya. Omo sebua, bersama rumah adat lainnya, menunjukkan tanggung jawabnya dalam melindungi penghuninya. Tercatat: tidak ada penghuni rumah adat yang menjadi korban bencana gempa.
Kita perlu belajar kearifan leluhur Nias dalam membangun rumah. Orang kadang hanya mengutamakan keindahan dan kemegahan, namun lalai memperhatikan kenyamanan dan keamanannya. Sehingga, ketika bencana datang rumah tidak lagi menjadi pelindung malah mengorbankan penghuninya. Padahal rumah kita seharusnya memang menjadi istana kita!
email: inspirasi@satuharapam.com
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...