Pelajaran dari Berkendara Sepeda Motor
SATUHARAPAN.COM – 211 km kujalani seharian kemarin. Dahulu tak pernah kubayangkan mengendarai motor sejauh itu sendirian. Bukan karena tak bisa, namun tak ada izin. Bapak dan Ibu tak mengizinkanku berkendara sendiri. Mereka senantiasa siap mengantar kemana pun aku pergi. Bukan karena aku anak bungsu atau tunggal. Nyatanya, aku sulung dari tiga orang adikku. Mereka begitu menjagaku karena riwayat sakitku 28 tahun lalu.
Kini kenyataannya berbeda. Ke mana pun, aku selalu mengendarai sepeda motor. Dan hal yang paling kusenangi adalah mengikuti di belakang kendaraan besar yang sedang melaju cepat entah bus, mini bus, truck atau kendaraan pribadi. Aku menganggap mereka perintis jalan yang membuka jalan bagiku.
Namun, kusadar acap kali kendaraan itu melaju dengan seenaknya, cepat, dan tanpa perhitungan. Tak jarang Sang Supir tiba-tiba ngerem karena lubang di depannya. Jika lengah sedikit, pasti akulah yang nyelonong dan menabrak bagian belakang kendaraan tersebut. Dan yang sering terjadi, kendaraan besar itu tak terpengaruh dengan lubang kecil, yang cukup membuatku hilang keseimbangan dan jatuh. Senyaman apa pun mengikuti laju sebuah kendaraan besar, ternyata lebih nyaman jika diri terus menjaga jarak di belakangnya atau mendahuluinya saja.
Tak beda dengan kehidupan. Ketika kita menjalani hidup ini dengan berlindung pada kejayaan orang di depan kita, memang terasa lebih nyaman, akan tetapi tak jarang malah mencelakakan. Sebab membuat kita enggan berani menatap jauh ke depan, merencanakan, dan melihat berbagai peluang serta tantangan secara lebih luas lagi. Melaju di jalan kehidupan memang membutuhkan keberanian untuk meninggalkan bayang-bayang kejayaan orang terdahulu dan menatap ke depan dengan kewaspadaan tinggi serta penuh perhitungan.
Selamat berkendara di jalan kehidupan ini....
email: inspirasi@satuharapan.com
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...