OPEC Bersikeras Tidak Pangkas Produksi Walau Harga Minyak Jatuh
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Jenderal OPEC Abdullah El-Badri, pada hari Kamis (30/7), mengatakan kartel produsen minyak itu tidak berencana memangkas produksi meskipun terjadi penurunan harga minyak mentah selama beberapa bulan terakhir dan kekhawatiran tentang kemungkin penambahan minyak Iran di pasar.
"Kami bertemu pada Desember tahun lalu dan kami bertemu pada bulan Juni tahun ini. Kami memutuskan untuk mempertahankan produksi kami di 30 juta barel per hari, sama seperti sebelumnya. Kami belum siap untuk mengurangi produksi kami," kata Badri setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Energi Rusia di Moskow.
Harga minyak baru-baru ini turun ke tingkat terendah dalam satu bulan didorong kekhawatiran atas kelebihan pasokan global.
Penurunan menyusul pemulihan harga setelah penurunan tajam tahun lalu. Harga terus "rebound" (berbalik naik) sedikit pada Kamis menyusul laporan penurunan persediaan minyak mentah AS.
OPEC dan Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama setelah pembicaraan Kamis, bahwa indikator-indikator menunjuk kemungkinan "situasi yang lebih seimbang di pasar minyak dan stabilisasi" pada 2016.
Para analis mengatakan bahwa kembalinya minyak dari Iran setelah kesepakatan bersejarah energi nuklir dengan kekuatan utama dunia bulan ini bisa menciptakan ketegangan-ketegangan baru dalam OPEC.
Perjanjian itu membuka jalan bagi penghapusan sanksi dan kembalinya minyak Iran secara bertahap ke pasar global pada tahun depan.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) -- yang 12 negara anggotanya termasuk Iran menghasilkan sepertiga minyak dunia -- menyadari bahwa minyak Iran bisa memperburuk kelebihan pasokan global dan lebih lanjut menekan harga minyak.
Namun demikian, Badri bersikeras bahwa OPEC menyambut pencabutan sanksi terhadap Iran dan akan mampu menghadapi setiap peningkatan volume produksi.
"Kami sangat senang bahwa sanksi-sanksi sedang dalam perjalanan mereka untuk berakhir bagi Iran. Sekarang kami tidak memiliki negara manapun di bawah sanksi-sanksi di organisasi kami," kata dia kepada pers.
"Saya pikir kuantitas itu menjadi pertanyaan, saya pikir kelompok kami akan mengakomodasi mereka."
Harga Merosot
Harga minyak AS merosot pada Kamis (Jumat pagi WIB), mengakhiri kenaikan selama dua hari berturut-turut, setelah pejabat OPEC menegaskan bahwa kartel tidak memiliki rencana untuk memangkas produksi minyak.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, turun 27 sen menjadi ditutup pada 48,52 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman September merosot tujuh sen menjadi menetap di 53,31 dolar AS per barel di perdagangan London.
Penurunan Kamis mengikuti sesi berfluktuasi dan dimulainya kembali sebagian besar lintasan menurun untuk minyak AS sejak akhir Juni, yang telah mengakibatkan harga jatuh dari sekitar 60 dolar AS per barel ke sekitar 40-an dolar AS.
"Kita melihat sebagian besar pasar beralih ke modus konsolidasi fluktuatif yang lebih tenang karena berhenti bekerja dari kondisi `oversold` jangka pendek, setidaknya menunda dorongan jelas dari berita fundamental baru," kata Tim Evans, analis Citi Futures.
Data Kamis "bervariasi dan tidak ada yang sangat kuat," kata Michael Lynch, analis di Strategic Energy & Economic Research.
"Kami hanya harus menunggu dan melihat apakah kami melihat beberapa perubahan persediaan atau berita-berita pasokan lebih kuat, tapi secara keseluruhan kami berada di ruang tunggu."
Data Kamis termasuk laporan Departemen Perdagangan AS bahwa produk domestik bruto tumbuh pada tingkat tahunan 2,3 persen pada periode April-Juni, meningkat dari kuartal pertama yang lemah, namun sedikit di bawah pertumbuhan 2,5 persen yang diperkirakan oleh para analis.
Harga minyak juga tertekan karena dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya, setelah data ekonomi yang kuat dari negara itu mendukung ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga akhir tahun.
Sebuah penguatan greenback membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih mahal dan kurang menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya. (AFP/Ant)
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...