Operasi Tumor di RSCM Ditanggung BPJS
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pasien dengan penyakit apa pun ditanggung oleh negara ternyata bukan omong kosong. Namun, pasien—atau kerabat atau teman yang mendampingi—harus proaktif untuk memperjuangkan fasilitas Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Kisah yang diceritakan Ita Siregar, membuktikannya. Ita—seorang penulis buku—berinisitif mengantarkan teman ke rumah sakit. Berikut adalah kisahnya.
Kantor BPJS di Rumah Sakit
Dini hari, 13 Januari lalu, saya mengantar seorang kawan ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) RS Cipto Mangukusumo. Keluhannya, delapan hari tidak bisa kentut dan buang air besar. Perutnya buncit seperti hendak meledak.
Taksi kami berhenti di halaman IGD, dan belum sempat berpikir, seorang satpam muncul dengan kursi roda, membantu dan mendorong kursi roda ke tempat dokter jaga. Teman saya dicatat keluhannya, perut buncitnya diperiksa, diagnosis sementara kembung, tetapi belum diketahui penyebabnya.
Kawan saya dijamin oleh KJS (Kartu Jakarta Sehat), yang sejak 1 Januari 2014 otomatis dialihkan penjaminannya ke BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan sekaligus menjadi peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
Subuh itu teman saya dibawa ke ruang radiasi untuk difoto dari empat sisi, diinfus makanan, dan selang dimasukkan via hidung untuk mengeluarkan sisa makanan dari lambung, sementara dubur dimasukkan pencahar untuk membuang kotoran dari anus. Namun, semua upaya tak cukup berhasil sehingga dokter mengusulkan USG dan CT-scan.
“Untuk CT-scan pasien harus membayar tiga juta,” ujar seorang dokter.
Mendengar informasi itu, saya bergumam sendiri, karena setahu saya, setiap tindakan yang dianjurkan dokter akan ditanggung BPJS (sumber Buku Saku FAQ BPJS Kesehatan oleh Kemenkes RI). Untuk memastikan, saya bertanya ke kantor BPJS di RSCM, dan mereka membenarkan tindakan itu ditanggung.
Dokter Keliru Memahami
Hasil CT-scan memperlihatkan adanya sumbatan atau massa pada usus besar bagian bawah, yang membawa tim dokter memutuskan tindakan operasi, membuat anus buatan, agar kotoran di perut teman saya dapat dikeluarkan. Operasi berhasil dengan baik.
Dari IGD teman saya dipindahkan ke ruang rawat sambil menunggu observasi dokter. Di ruang rawat, salah satu tetangga pasien teman saya, seorang ibu dengan sakit TBC tulang, mengeluh akan dipulangkan, padahal sebelumnya ada rencana tindakan operasi. Alasannya, menurut dokter, pasien memakai KJS dan operasi jenis itu tidak ditanggung BPJS.
Lagi-lagi saya bingung dengan pengetahuan dokter yang keliru soal JKN. Tetapi, tak lama dokter itu kembali kepada pasien, mengatakan operasi akan dilakukan. Operasi itu pun berhasil dengan baik.
Setelah itu teman saya menjalani anuscopy, lalu colonoscopy, yang membawanya pada operasi berikutnya, yaitu mengambil jaringan tumor di tiga tempat, yaitu sigmoid (usus besar bagian bawah), rahim, lever. Operasi itu pun berhasil dengan baik. Sambil menunggu hasil patologi, teman saya diperbolehkan pulang dengan saluran pembuangan buatan di perutnya.
Dari semua tindakan yang dilakukan pada teman saya di rumah sakit, seluruhnya ditanggung oleh BPJS. Saat akan pulang, seorang petugas mengurus semua dokumen yang diperlukan, dalam waktu beberapa jam dan tanpa biaya apa pun.
Terkesan
Saya, teman saya, dan keluarganya sangat terkesan dengan keterampilan tim dokter dan perawat, dan profesionalisme petugas rumah sakit. Semua melakukan tugas dengan baik. Informasi yang membingungkan dari dokter perihal BPJS, saya menganggap karena faktor ketidaktahuan belaka.
Semoga pengalaman yang baik ini menjadi contoh bagi rumah sakit di seluruh Tanah Air dan pelaksanaan BPJS dapat berjalan dengan baik. Dokter dan seluruh petugas di rumah sakit menjalankan tugas masing-masing dan pasien mendapat pelayanan sewajarnya, dengan demikian tujuan kesejahteraan dan kesehatan penduduk Indonesia dapat segera terwujud nyata.
Indonesia Kirimkan Bantuan 2,7 Juta Dosis Vaksin Polio bOPV ...
YANGON, SATUHARAPAN.COM- Pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan berupa 2,7 juta dosis vaksin Polio...