Oposisi Nasional: Ekstremis Merampok Revolusi Suriah
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Ketua Koalisi Nasional Suriah, Ahmed Jarba, mengecam kelompok ekstremis yang disebutnya mencoba “merampok revolusi kami” dan menyalahkan rezim yang mendukung mereka.
Jarba menyampaikan komentarnya itu dalam sebuah pidato di New York untuk perwakilan dari Friends of Suriah, kelompok internasional pendukung kelompok pemberontak yang berusaha menggulingkan Presiden Bashar Al- Assad .
"Orang-orang Suriah mendukung perdamaian dan moderasi, toleransi dan koeksistensi," kata Jarba. "Fenomena ekstrimisme muncul dengan dukungan dan perencanaan rezim, yang telah mempertaruhkan transformasi revolusi kemerdekaan menjadi perang saudara danperang sektarian," kata dia menambahkan.
Rezim Suriah "menciptakan dan mempersenjatai berbagai organisasi teroris dan menempatkan mereka di daerah yang telah ditinggalkan," kata dia.
Jarba menegaskan bahwa mereka telah menemukan perbatasan (perbedaan) dengan mereka yang mencoba merampok revolusi Suriah.
Masuknya Pejuang Asing
Konflik bersenjata di Suriah yang berlangsung lebih dari dua tahun telah mendorong situasi yang lebih kompleks, di mana pada kubu oposisi muncul kelompok ekstremis.
Dalam pekan ini kelompok-kelompok yang terkait dengan Al-Qaeda, seperti Jabhat Al-Nusra, menyatakan memisahkan diri dari oposisi, dan memperjuangkan Suriah sebagai negara dengan kendali hukum syariah Islam.
Sebeklumnya diberitakan bahwa kelompok oposisi bukan hanya menghadapi pertbedaan pandangan, konflik bersenjata di antara mereka juga sudah terjadi, terutama di antara kelompok nasionalis dan Islamis.
Masuknya kelompok ekstremis, menurut Jarba, berkaitan dengan masuknya pejuang asing ke Suriah. Mereka bergabung dengan kelompok pemberontak jihad seperti Al-Qaeda Al-Nusra dan Negara Islam Irak dan Levant atau yang biasa disebut ISIL. Namun di antara mereka juga termasuk pejuang dari Eropa, Timur Tengah dan Chechnya.
Konflik Internal Oposisi
Para pemberontak awalnya menyambut kelompok jihad dan pejuang asing yang bergabung dengan mereka, dan bersemangat untuk angkat senjata dan memperoleh pengalaman pertempuran.
Namun dalam beberapa bulan terakhir, hubungan di antara mereka telah menjadi tegang, terutama antara ISIL dan kelompok faksi pemberontak non-jihad. Mereka telah menghadapi bentrokan dan tidak mencapai kesempatan.
Jarba mengatakan, bahwa ekstremisme bahwa telah meningkat karena ketidakpedulian masyarakat internasional yang telah gagal dalam tugasnya untuk membantu rakyat Suriah.
Pihak oposisi telah berulang kali menyerukan para pendukung internasional untuk membantu menyediakan senjata, tapi Barat telah enggan untuk melakukannya karena takut senjata jatuh ke tangan kelompok-kelompok seperti Al-Nusra, yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh pihak Barat, dan telah masuk dalam daftar di PBB.
Meskipun mengalami kemunduran, Jarba bersikeras bahwa satu-satunya solusi untuk menyelesaikan konflik akan perginya rezim A Assad. "Tidak ada cakrawala untuk Suriah sebelum jatuhnya rezim," kata dia.
"Ketika dia (rezim Al-Assad)pergi,, Suriah akan mendapatkan kembali kebebasan mereka dan perdamaian sipil yang harmonis akan dikembalikan,” kata dia. (ahram.org.com)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...