Oposisi Suriah Temui Rusia untuk Tekan Al-Assad
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Pemimpin oposisi Suriah bertemu diplomat senior Rusia pada hari Selasa (4/2) dalam upaya membujuk Moskow untuk menekan Damaskus agar menyetujui pembentukan pemerintahan transisi untuk menyelesaikan konflik di Suriah.
Ketua Koalisi Nasional Suriah, Ahmad Jarba, bertemu Menteri Luar Negeri Rusdia, Sergei Lavrov, setelah konferensi perdamaian selama 10 hari di Jenewa. Konferensi itu berakhir hari Jumat lalu tanpa komitmen yang kuat dari pihak Damaskus untuk menghadiri pertemuan lanjutan pada 10 Februari mendatang.
Konferensi Jenewa II dipromosikan bersama oleh Amerika Serikat yang merupakan pendukung utama oposisi, dan Rusia yang merupakan mitra dekat pemerintahan Bashar Al-Assad. Konferensi itu untuk membawa para pihak yang bertikai menghentikan perang dan memulai negosiasi. Namun konferensi itu tidak banyak menghasilkan kesepakatan, karena perbedaan posisi yang masih tajam di antara kedua pihak.
Bahkan untuk bantuan kemanusiaan bagi kota Homs yang terperangkap dan selama dua tahun tidak bisa diakses tim bantuan, juga tidak ada kemajuan.
Soal Pemerintahan Transisi
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Gennady Gatilov,mengatakan kepada kantor berita Rusia, RIA Novosti, "Kami harapkan delegasi pemerintah (akan datang), karena sebelumnya telah meyakinkan kami untuk mengambil bagian dalam negosiasi masa depan dengan oposisi."
Namun Gatilov juga mengakui bahwa "untuk saat ini, masih terlalu dini untuk berbicara tentang keputusan (tentang babak baru perundingan), karena hal ini belum diputuskan.”
Seorang pembantu Jarba mengatakan kelompok payung terutama oposisi Suriah prihatin bahwa Menteri Luar Negeri Suriah, Walid Muallem, telah menghindari diskusi tentang pemerintahan transisi yang bisa membuka jalan bagi pencopotan kekuasaan Bashar Al-Assad.
Ketua Koalisi Nasional Suriah (SNC), Ahmad Jarba, dalam konferensi pers selama perundingan di Jenewa mengatakan tentang masalah pemerintahan trasisi. "Subjek utama diskusi dengan menteri luar negeri Rusia menyangkut pengiriman bantuan kemanusiaan ke kota-kota Suriah, pembebasan tahanan dari penjara Suriah, dan pembentukan sebuah pemerintahan transisi," Jarba.
"Mengingat poin terakhir ini, kami memiliki banyak pertanyaan yang akan didiskusikan dengan Moskow," kata dia.
Libatkan Iran dan Arab Saudi
Rusia sebelumnya mengundang Jarba ke Moskow untuk kunjungan pada malam sebelum konferensi Jenewa, bertepatan dengan perjalanan wakil pemerintah Al-Assad. Staf Jarba mengatakan ada komitmen sebelumnya yang mencegah dia ke Moskow pada saat itu.
Kepala oposisi sebelumnya mengatakan bahwa Lavrov telah mengatakan kepadanya bahwa posisi Kremlin tentang peran Al-Assad tidak kaku. Namun Moskow berpihak pada sekutu tradisionalnya di Timur Tengah itu. Kepada publik dikatakan bahwa masalah kekuasaan Al-Assad seharusnya tidak menjadi prasyarat untuk perubahan politik. Rusia juga menegaskan bahwa negosiasi pertama dan terutama harus fokus pada memerangi kelompok ekstremis Islam di Suriah, sebagaimana sikap Al-Assad yang dilihat dengan kecurigaan oleh oposisi.
"Rezim ingin berbicara tentang bantuan kemanusiaan dan menghindari diskusi tentang isu-isu politik," kata Sekretaris Umum Koalisi Nasional Suriah, Badr Jamous, kepada kantor berita Interfax.
Perbedaan antara Rusia, Barat dan Arab tentang perundingan Suriah bukan hanya tentang peran dan masa depan Al-Assad, tetapi juga susunan tim negosiasi. Lavrov berulang kali menyatakan bahwa pembicaraan harus melibatkan Iran, sebuah syarat yang ditolak oleh para pemberontak karena hubungan dekat republik Islam itu dengan rezim Al-Assad.
Namun sumber diplomatik di Rusia memberitahu harian Kommersant di Moskow bahwa Washington telah mengusulkan kompromi yang akan memungkinkan Iran bersama Arab Saudi dan Turki, dua terakhir musuh besar Al-Assad, untuk bergabung dalam sesi terpisah perundingan yang akan dilakukan bersama di Jenewa.
Kommersant mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, telah meneruskan proposal untuk Lavrov selama pembicaraan mereka di sela-sela Konferensi Keamanan di Munich akhir pekan ini. "Pihak Rusia, menurut sumber Kommersant, menyetujui ide ini," tulis surat kabar itu. (AFP)
Bangladesh Minta Interpol Bantu Tangkap Mantan PM Sheikh Has...
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Sebuah pengadilan khusus di Bangladesh pada hari Selasa (12/11) meminta organ...