Oposisi Ukraina Gelar Demo Lebih Besar
KIEV, SATUHARAPAN.COM - Pendukung integrasi Ukraina- Uni Eropa menggalang kembali unjuk rasa hari Minggu (8/12) menentang keputusan pemerintah untuk membatalkan perjanjian perjanjian perdagangan dan asosiasi dengan Uni Eropa. Hal itu dinilai sebagai pristiwa bersejarah, namun pemerintah Ukraina justru membuat perjanjian ekonomi untuk mendekatkan hubungan dengan Rusia.
Negara bekas anggota Uni Soviet berpenduduk 46 juta jiwa itu mengalami krisis politik terparahnya sejak Revolusi Orange pro demokrasi pada 2004. Ketika itu Ukraina kembali mendebatkan peran sesungguhnya sebagai sebuah jembatan geopolitik antara Rusia dengan negara-negara Barat.
Tekanan Rusia
Pembalikan tiba-tiba yang dilakukan Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych, bulan lalu atas sebuah perjanjian dengan Brussel yang bisa menarik Kiev dari cengkraman Moskow. Hal itu akan membuka celah budaya yang besar antara nasionalis barat di Ukraina dan pendukung Rusia yang berlangsung hampir sepanjang sejarah negara itu pasca Uni Soviet.
Para pemimpin oposisi secara terang-terangan menyatakan didukung para pejabat tinggi Amerika Serikat dan Uni Eropa. Merea meminta pembubaran pemerintah dan mengadakan pemilu yang bisa menghentikan dominasi Yanukovych atas politik Ukraina.
Kedua permintaan ditolak meski ada indikasi bahwa beberapa pihak di pemerintahan bersedia melakukan perundingan langsung dengan oposisi.
Penguasa Kremlin juga menuduh negara-negara Barat secara agresif ikut campur dalam urusan internasional dari sebuah negara berdaulat yang sudah memilih untuk tetap memiliki hubungan baik dengan Moskow.
Pemerintah Uni Eropa menunduh balik pihak Rusia dengan tuntutan menggunakan ancaman potensi sanksi perdagangan terhadap Ukraina sebagai sebuah bentuk pemerasan agar Kiev terus bergantung pada Moskow.
Demonstrasi Hari Minggu
Pada hari Minggu (8/12), ratusan ribu demonstran berkumpul di lapangan kemerdekaan menunjukkan ketidakpuasan dan anti pemerintah, serta mengecam politik Rusia yang mencengkeram ekomomi negara bekas Uni Soviet itu.
Aparat keamanan disenutkan telah lebih lunak dan membiarkan demonstrasi dengan mengingatkan untuk tidak terjadi kerusuhan dan kekerasan. Unjuk rasa di Kiev dan di kota-kota lain di seluruh Ukraina meletus akhir bulan lalu. Kekerasan terjadi pekan lalu dan menyebabkan ratusan orang terluka.
Demo hari Minggu memang tidak sebanyak yang direncanakan akan mencapai jutaan orang. Demonstrasi itu diawali dengan sebuah doa di Independence Square, Kiev, sebagai sidang oleh oposisi untuk mendapatkan legitimasi bagi perjuangan mereka dengan membentuk badan perwakilan akar rumput. Hal itu diharpakan benar-benar akan mencerminkan opini publik.
Kemudian imam Gereja Ortodoks Ukraina memimpin doa terbuka dari panggung bersama ratusan orang yang berkemah di sana sejak semalam. Menjelang pertengahan hari, kerumunan di alun-alun sudah membengkak menjadi beberapa ribu orang dan kemudian ratusan ribu. Banyak dari mereka melambaikan beragam bendera, bendera partai oposisi, bendera Ukraina dan bendera Uni Eropa. (ria.ru / AFP)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...