Orang Gipsy, Mengingat 70 Tahun Genosida Yang Dilupakan
AUSCHWITZ, SATUHARAPAN.COM - Krystyna Gil diberitahu oleh neneknya agar dia "tidak pernah lupa." Meskipun dia hanya seorang anak pada masa Perang Dunia II, ketika Nazi mulai secara sistematis membasmi orang Romani (Gipsy) di Polandia. Dan dia telah melakukan pesan itu.
"Saya berusia lima tahun saat itu. Saya menjadi yatim piatu. Saya tidak tahu bagaimana rasanya kasih seorang ibu dan ayah," katanya kepada AFP.
"Nenek saya memesan untuk “tidak pernah lupa.” Jadi meskipun bertahun-tahun telah berlalu, saya masih ingat," kata dia.
Gil, sekarang berusia 76 tahun. Dia berada di antara lebih dari seribu orang yang berkumpul pada hari Sabtu (2/8) di kamp kematian Auschwitz-Birkenau di Polandia untuk mengingat genosida terhadap orang Romani yang dilakukan oleh Nazi.
Upacara diadakan sebagai peringatan 70 tahun dari salah satu pembunuhan massal terburuk terhadap orang Romani. Ketika itu, hampir 3.000, banyak dari mereka adalah anak-anak, dibawa ke kamar gas di Auschwitz pada satu malam tanggal 2 Agustus 1944.
"Kami bergabung bersama di sini dengan rasa sakit, untuk mengenang para korban," kata Roman Kwiatkowski, Krua Asosiasi Orang Romani di Polandia.
"Di sini kita bergabung sebagai manusia, tidak hanya dalam kaitannya dengan masa lalu kita, tetapi juga masa depan kita," kata dia pada upacara yang diadakan pada Hari Internasional Mengingat Holocaust terhadap orang Romani.
Sekitar seribu orang juga berbaris melalui Budapest untuk menandai hari itu. Banyak dari mereka yang meninggal di Auschwitz berasal dari Hongaria, di mana jumlah orang Romani antara lima dan delapan persen dari 10 juta penduduk negara itu.
Bersama neneknya, Gil adalah satu-satunya anggota keluarganya untuk bertahan hidup dari program anti Romani di Szczurowa, sebuah desa kecil di tenggara Polandia, pada tahun 1943.
Antara 220.000 dan 500.000 orang Romani dibunuh oleh Nazi, tragedi yang oleh masyarakat sebut sebagai "Pharrajimos", yang berarti kehancuran, dalam bahasa mereka.
Dari jumlah itu, 21.000 orang bertemu terakhir di Auschwitz-Birkenau setelah dideportasi paksa dari seluruh Eropa.
Genosida Yang Dilupakan
"Ini adalah genosida yang telah dilupakan oleh orang Eropa, dan hal itu harus diubah," kata Thomas Schobesberger, seorang Austria berumur 23 tahun yang telah melakukan perjalanan dari Wina untuk mengikuti upacara itu.
"Saya bukan orang Romani, tapi saya datang ke sini untuk memperingati genosida terhadap orang Roma selama Perang Dunia Kedua dan membantu memastikan halaman sejarah ini lebih dikenal," kata dia.
Sekitar satu juta orang Yahudi dibunuh di kamp kematian yang terkenal itu, dan 80.000 orang korban adalah warga Polandia. Enam juta orang Yahudi dibunuh oleh Nazi pada seluruh Holocaust, angka terbesar dari kelompok korban manapun.
"Berbeda dengan genosida terhadap orang Yahudi yang terkenal di seluruh dunia, penderitaan orang Romani tidak diketahui," kata Schobesberger kepada AFP.
Meskipun beberapa dekade telah berlalu sejak genosida, orang Romani masih menghadapi diskriminasi hingga saat ini.
Uni Eropa percaya saat ini ada 10 juta hingga 12 juta orang Romani atau Gipsy, di seluruh Eropa, yang menempatkan mereka sebagai minoritas di benua itu.
Di banyak negara, mereka menghadapi diskriminasi, kemiskinan dan akses terhadap pelayanan kesehatan dan pendidikan. "Romani masih terlalu sering menjadi objek intoleransi," kata Kwiatkowski kepada AFP. "Komentar merendahkan Romani masih terlalu umum."
Berbicara pada hari Jumat, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, memberi penghormatan kepada korban genosida, dan juga mengutuk perlakuan masyarakat. "Rasisme terhadap orang Romani masih berlanjut hingga hari ini," kata dia.
Dalam pesan yang dibacakan pada acara tersebut, Presiden Polandia, Bronislaw Komorowski, menyerukan diakhirinya segala bentuk diskriminasi. "Tugas kita adalah untuk mengingat korban Pharrajimos, genosida terhadap Romani. Tapi kita harus menentang segala bentuk intoleransi terhadap orang Romani dan kelompok etnis lainnya, juga segala bentuk rasisme dan xenofobia," tulisnya.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...