Orang Tua Ajak Bermain Anak Menjaga Kesehatan Mental
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis Wilayah DKI Jakarta, Amanda Margia Wiranata mengajak orang tua untuk menjaga kesehatan mental anak dengan kegiatan bermain yang menyenangkan.
"Mengutip George Bernard Shaw, bahwa kita tidak berhenti bermain karena bertambah tua, tapi kita bertambah tua karena berhenti bermain. Jadi, saya mengajak orang tua, masyarakat semuanya, ajaklah anak bermain, sehingga anak semakin sehat mentalnya," kata Amanda dalam acara bincang-bincang kesehatan mental yang digelar daring, diikuti di Jakarta, Jumat (14/10).
Sebab, lanjutnya, berdasarkan data Badan Litbangkes tahun 2016, ditemukan ada 1.800 kasus bunuh diri per tahun dan hampir 50 persen korban bunuh diri berusia 10-39 tahun.
"Jadi, dari usia dini mereka sudah mengalami stres yang berlebihan, yang menyebabkan tindakan bunuh diri. Penyebabnya macam-macam, bisa dari faktor keluarga, pertemanan, atau sekolah," ujar Amanda.
Oleh karena itu, katanya, orang tua perlu menjaga kesehatan mental anak sejak dini. Salah satu yang bisa dilakukan adalah bermain.
Menurutnya, bermain akan menimbulkan rasa positif, sehingga anak merasa senang dan tidak stres.
Selain itu, bermain juga melatih kreativitas dan imajinasi serta keterampilan sosial, hingga membuat anak belajar memecahkan masalah.
Ia menjelaskan ada beberapa jenis permainan yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental anak.
Pertama, bermain fisik, yaitu permainan yang melibatkan fisik, seperti memanjat, lari, berguling, hingga meloncat. Aktivitas tersebut dapat membuat anak belajar mengeksplorasi serta mengembangkan kekuatan otot, motorik kasar, motorik halus, dan keseimbangan.
Selanjutnya, bermain tenang. "Bermain tenang penting untuk melatih anak meregulasi emosi hingga mengelola kebosanan. Aktivitas ini dapat berupa menggambar, mewarnai, menyusun puzzle, atau membaca buku.
Selanjutnya, kata Amanda, anak juga dapat diajak bermain peran atau pura-pura. Misalnya, anak bermain untuk berpura-pura menjadi dokter, koki, pemadam kebakaran, putri raja, atau pahlawan super.
"Ini melatih keterampilan sosial dan melatih imajinasi. Bisa saja dia menggunakan kotak bekas sereal misalnya. Di mata orang dewasa bisa jadi berpikir ini anak main apa sih, tapi di otak anak itu bisa jadi pesawat, roket, atau gedung," ucap Amanda.
Anak, lanjutnya, juga bisa bermain seni kreatif menggambar, bermain musik atau menari. Kemudian, bermain sensori seperti membuat adonan lilin mainan juga penting terutama untuk balita.
Ia mengatakan orang tua dapat mengajak anak bermain gim untuk melatih jiwa sportivitas sejak dini. Adapun gim yang dimaksud tak hanya gim daring, tapi juga gim yang nyata, seperti monopoli atau ular tangga.
"Untuk waktu (bermain), tergantung kesediaan waktunya. Kalau bisa sejam sampai dua jam, tergantung umurnya dan mungkin dilihat juga tugas sekolahnya berapa banyak, sisa (waktunya) bisa untuk bermain, jadi anak bisa rileks," kata Amanda.
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...