Orang Tua Pelindung Utama Anak dari Kejahatan Siber
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peran orang tua kini semakin bertambah di era transformasi digital salah satunya menjadi garda terdepan untuk sang buah hati terlindung dari kejahatan siber.
Selain menyiapkan anak untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial di dunia nyata, kini orang tua juga wajib untuk menjadi garda terdepan memantau dan menuntun anak agar bisa bijak berselancar lewat dunia digital.
"Orang tua tidak boleh gaptek, orangtua harus jadi teman baik bagi anak dan jadi contoh nyata. Gunakan nada dan kalimat-kalimat yang menyenangkan bagi anak saat memberi tahu," kata Digital Traineer Graphologist Diana Alehteia dalam acara webinar "Makin Cakap Digital 2022" bagi masyarakat Tulungagung dalam siaran pers, Selasa (9/8).
Akibat pandemi COVID-19, adapatasi pengguna perangkat teknologi menjadi tinggi tidak hanya di kalangan pekerja tapi juga di kalangan anak-anak.
Kini setiap anak yang bersekolah rasanya lekat sekali dengan gawainya akibat kebiasaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia 2022, 71 persen anak-anak usia sekolah di Indonesia telah memiliki gawai pribadi, 79 persen di antaranya bahkan memiliki akses bebas menggunakan gawainya selain untuk belajar.
Tidak sedikit yang mengakses hiburan seperti menonton video dan bermain gim, serta menggunakannya juga untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya.
Berkaca dari fakta itu, maka penting bagi orang tua menjadi garda terdepan bagi anak-anaknya memberikan pemahaman yang tepat agar sang buah hati tidak salah langkah di ruang digital.
Orang tua harus bisa memberikan semacam rambu-rambu, sehingga saat bertutur kata atau bersosialisasi lewat gawainya sang buah hati bisa bijak dan terhindar dari kejahatan siber.
Anak juga harus diberikan pemahaman bahwa ia tidak boleh sembarangan mengungkapkan data-data pribadinya seperti nama lengkap, alamat rumah, tempat tanggal lahir, ataupun hal-hal bersifat privat lainnya agar tidak menjadi korban pencurian data.
Di tengah kondisi pemberian akses bebas kepada gawai, orang tua ada baiknya mengimbangi hal tersebut dengan mengajak anak melakukan kegiatan fisik di luar ruangan.
Sebisa mungkin buat kesepakatan dengan anak terkait penggunaan gawai agar kehidupannya bisa seimbang baik di dunia maya maupun di dunia nyata.
Dengan demikian, orang tua tetap bisa menjaga anaknya tetap cakap sebagai talenta digital namun juga memiliki keseimbangan hidup sebagai mahluk sosial di dunia nyata.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program "Indonesia Makin Cakap Digital".
Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada 2024.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Tulungagung, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi.
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...