Orisinalitas
Kita sering kali menjajal aneka ”rasa” supaya terlihat berbeda, supaya terlihat mencolok dan menarik perhatian.
SATUHARAPAN.COM – Jika Anda penggemar camilan, pasti akrab dengan istilah rasa original. Dua bulan ini saya menjadi reseller keripik singkong aneka rasa: keju pedas, keju manis, balado, dan tentu saja asin original. Awalnya saya getol mempromosikan tiga jenis pertama, karena menurut saya rasa yang tak biasa akan lebih diminati calon pembeli. Bahkan saya jarang order rasa asin original kepada tengkulak karena merasa jenis tersebut tak akan laku.
Namun, apa yang terjadi? Saya terkejut karena ternyata lebih banyak pembeli yang mencari keripik rasa asin original tadi. Promosi saya untuk jenis rasa yang lain seolah tak mempan. Para calon pembeli kekeuh minta rasa original. Mereka bilang, lidah tak cocok dengan jenis rasa yang lain. Apa boleh buat, saya harus kembali pesan ke tengkulak.
Perumpamaan sederhana tersebut sebenarnya mengandung makna lebih dari sekadar camilan favorit yang memiliki nilai jual tinggi. Rasa orisinal dapat digarisbawahi sebagai peringatan tentang keadaan diri kita masing-masing, yaitu untuk tampil apa adanya. Kita sering kali menjajal aneka ”rasa” supaya terlihat berbeda, supaya terlihat mencolok dan menarik perhatian. ”Rasa” yang dimaksud bisa berupa gaya hidup atau pun sikap.
Icip-icip model rasa lain bisa terjadi karena kita termakan iklan di media massa atau akibat salah pergaulan yang diperparah dengan kurangnya kontrol diri. Gonta-ganti ”rasa” yang dipaksakan sebenarnya tidaklah baik karena berpotensi menggempur orisinalitas diri kita sendiri. Apa jadinya kita tanpa identitas diri orisinal? Kita palsu, kita galau, terombang-ambing tidak jelas.
Rasa orisinal bermakna tampil apa adanya dan bukan tampil seadanya. Ia tetap memiliki nilai plus yang tidak bisa digantikan oleh apa pun. Toh pabrik snack masih memproduksi bumbu orisinal, rasa singkong asli, rasa kentang asli, rasa jeruk asli atau rasa kopi asli. Yakin bahwa sebenarnya produk rasa orisinal tersebut sangat layak jual dan tetap memiliki penggemar setia.
Yang orisinal menjadi mahal karena dibuat dengan teliti, pun dikemas secara apik. Seharusnya kita pun belajar dari hal itu. Mudahnya, jangan mencoba menjadi orang lain dan jadilah diri sendiri. Rasa orisinal Anda, ya Anda sendiri. Rasa orisinal saya, ya saya. Rasa orisinal buatan pabrik memang enak, tetapi seragam. Sedangkan diri masing-masing manusia adalah orisinal yang heterogen. Manusia diciptakan Tuhan dengan keunikan masing-masing, bukan diproduksi massal.
Jadi, ingatlah: yang orisinal pasti lebih mahal!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...