Ortu Murid Singapura Lega Sekolah Libur karena Asap
SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM – Orang tua murid di Singapura menyambut lega langkah pemerintah untuk menutup sekolah dasar dan sekolah menengah akibat asap dari pembakaran hutan di Indonesia.
Noorulain Sheik Mohideen, 48, orang tua yang memiliki anak yang ada di kelas 4 sekolah dasar dan memasuki usia sekolah mengatakan senang dengan keputusan meliburkan sekolah.
"Saya senang Pemerintah memutuskan untuk membuat pilihan yang bijaksana. PSI (Pollutant Standards Index) terus meningkat setiap hari, saya khawatir karena kabut dapat mempengaruhi kesehatannya,” kata Noorulain, hari Jumat (25/9) seperti diberitakan channelnewsasia.com.
Noorulain mengatakan kesehatan anak-anak mereka adalah prioritas utama di tengah risiko kabut yang masuk kepada level berbahaya.
Orang tua lain, Adrian Koo, yang juga memiliki anak di kelas empat mengatakan dia senang bahwa sekolah ditutup. “Sekarang dia (anak saya, red) di rumah, istri saya tinggal di rumah dan dapat menjaga dia, dan saya senang istri saya bisa menjaga anak saya dengan baik dan ia tidak akan keluar," kata Adrian.
Kebanyakan orang tua juga telah memastikan pengaturan perawatan anak mereka untuk satu hari libur itu.
Noorulain menyebut tetangganya bisa membantu menjaga anaknya. Namun, ada beberapa orang tua lain yang khawatir jika sekolah masih ditutup setelah akhir pekan, maka kemajuan akademis anak-anak mereka mungkin akan terpengaruh.
“Akan lebih baik seperti itu, sehingga anak saya tidak akan kehilangan banyak jika sekolah terus ditutup,” kata Noorulain.
Dengan kabut memukul Singapura di tengah musim ujian, beberapa orang khawatir dampak diliburkannya sekolah terhadap proses pembelajaran.
Singapura meliburkan sekolah-sekolah dan menangguhkan beberapa acara luar ruang karena kualitas udara di negara itu melesat ke kisaran berbahaya untuk pertama kalinya tahun ini. Hal ini juga telah meningkatkan kekhawatiran akan terganggunya bisnis pariwisata dan industri ritel.
Singapura meliburkan Sekolah Dasar dan Menengah pada hari ini, Jumat (25/9) karena indeks standar pencemar udara telah mencapai angka tertinggi tahun ini yaitu 341 pada pukul 05:00 waktu Singapura, menurut Badan Lingkungan Nasional. Indeks itu berada di 324 pada pukul 07:00. Di atas 300 sudah diklasifikasikan sebagai "berbahaya."
"Jika itu berlangsung cukup lama, pengecer dan perdagangan domestik akan mengalami penurunan laba," kata Wai Ho Leong, ekonom di Barclai Plc yang berbasis di Singapura, sebagaimana dilaporkan oleh Bloomberg, hari ini (25/9).
Asap dari kebakaran hutan Indonesia telah menyelimuti negara kota itu dengan lapisan kabut dalam beberapa minggu terakhir. Menurut Menteri Lingkungan Singapura, Vivian Balakrishnan, penegakan hukum di Indonesia terhadap pemilik perkebunan adalah kunci untuk menyelesaikan masalah. Kabut asap juga menyebabkan gangguan penerbangan di seluruh Asia Tenggara. (channelnewsasia.com/ todayonline.com)
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...