Oxfam: Elite Kaya Merusak Demokrasi demi Kepentingan Sendiri
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Kaum elite telah merusak demokrasi demi keuntungan mereka sendiri dan menciptakan kesenjangan yang dalam di dunia. Demikian dikatakan Oxfam, sebuah organisasi nirlaba, dalam laporan tahunan yang dipublikasikan hari Selasa (21/1).
Kekayaan dari setengah populasi dunia sekarang ini sama dengan kekayaan yang dimiliki sekelompok kecil kaum elite. Elite kaya telah mengkooptasi kekuatan politik untuk mengaturan permainan ekonomi , demokrasi dan menciptakan sebuah dunia di mana 85 orang terkaya memiliki kekayaan setengah dari populasi dunia.
Working for The Few, judul laporan itu diterbitkan menjelang Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum /WEF) di Davos, Swiss, pekan ini. Laporan itu merinci dampak merusak berupa makin lebarnya ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang. Disebutkan bahwa prosesnya dengan membantu yang terkaya dan melemahkan proses demokrasi, serta kebijakan yang mempromosikan kepentingan mereka dengan cara mengorbankan orang lain.
Laporan itu mengingatkan perlunya kesadaran masyarakat global tentang pengambilan kekuasaan ini. Polling dilakukan oleh Oxfam di enam negara (Brazil, India, Afrika Selatan, Spanyol, Inggris dan Amerika Serikat) menunjukkan bahwa kebanyakan orang menyatakan bahwa di semua negara hukum condong berpihak pada yang kaya.
Laporan itu menyebutkan tentang ketimpangan melonjak secara global dalam beberapa tahun terakhir. Presiden AS, Barack Obama telah membuatnya menjadi prioritas utama untuk 2014. WEF telah mengidentifikasi melebarnya kesenjangan pendapatan sebagai risiko di seluruh dunia dan yang terbesar kedua dalam 12-18 bulan ke depan.
Laporan Global Outlook WEF yang diterbitkan pada bulan November juga memperingatkan ketidaksetaraan akan merongrong stabilitas sosial dan mengancam keamanan dalam skala global.
Warga Satu Gerbong
Winnie Byanyima , Direktur Eksekutif Oxfam, yang akan menghadiri pertemuan di Davos, mengatakan, "Ini sangat mengejutkan bahwa di abad ke-21, setengah dari populasi dunia memiliki kekayaan tidak lebih dari elite kecil yang jumlahnya bisa duduk semua dengan nyaman di gerbong kereta api tunggal.
"Kita tidak bisa berharap untuk memenangi perang melawan kemiskinan tanpa mengatasi ketidaksetaraan. Pelebaran kesenjangan menciptakan lingkaran setan di mana kekayaan dan kekuasaan semakin terkonsentrasi di tangan sekelompok kecil, selebihnya, kita semua, berebut remah-remah yang jatuh dari meja utama”, kata dia.
Di negara-negara maju dan berkembang, kita semakin hidup di dunia di mana tarif pajak terendah, kesehatan dan pendidikan terbaik dan kesempatan untuk pengaruh yang diberikan tidak hanya untuk orang kaya tetapi juga untuk anak-anak mereka, kata laporan itu.
Ditambahkan, tanpa upaya bersama untuk mengatasi ketimpangan, anak tangga hak istimewa dan merugikan akan terus terjadi dari generasi ke generasi. Kami akan segera hidup di dunia di mana persamaan kesempatan hanya mimpi. Di banyak negara pertumbuhan ekonomi sudah lebih sebagai situasi winners take all (pemenang mengambil semua), dan sebagai rejeki nomplok bagi terkaya.
Kekayaan dan Kekuasaan
Kebijakan yang berhasil dipaksakan oleh orang kaya dalam beberapa dekade terakhir adalah deregulasi keuangan, bebas pajak dan kerahasiaan, praktik bisnis anti kompetisi, tarif pajak yang lebih rendah pada pendapatan tinggi, dan investasi dan pemotongan atau mengurangi investasi untuk pelayanan publik bagi mayoritas.
Sejak akhir 1970-an, tarif pajak untuk terkaya telah jatuh di 29 dari 30 negara yang datanya tersedia. Hal itu berarti bahwa di banyak tempat orang kaya tidak hanya mendapatkan lebih banyak uang, tetapi juga membayar pajak lebih sedikit.
Sebuah studi di AS baru-baru menyajikan bukti statistik yang meyakinkan bahwa kepentingan orang kaya yang sangat diwakili oleh Pemerintah AS dibandingkan dengan orang-orang dari kelas menengah.
Hal ini dilakukan dengan menangkap peluang oleh orang kaya dengan mengorbankan kaum miskin dan kelas menengah. Hal ini juga membantu menciptakan situasi di mana tujuh dari setiap sepuluh orang di dunia hidup di negara-negara di mana kesenjangan telah meningkat sejak tahun 1980-an. Namun satu persen keluarga di dunia sekarang memiliki 46 persen dari kekayaan itu (US$ 110 triliun).
Menyembunyikan Kekayaan
Bagian lain, laporan itu mengatakan bahwa secara global, individu-individu dan perusahaan terkaya menyembunyikan triliunan dolar dari petugas pajak dalam jaringankawasan bebas pajak (tax haven) di seluruh dunia. Diperkirakan nilainya sekitar US$ 21 triliun yang tidak tercatat.
Di AS, deregulasi keuangan tahunan secara langsung berkorelasi dengan peningkatnya pendapatan bagi satu persen kelompok yang sekarang berada di level tertinggi sejak Depresi Besar. Di India, jumlah miliuner meningkat sepuluh kali lipat dalam dekade terakhir yang didorong oleh struktur pajak yang sangat regresif, dan orang kaya memanfaatkan koneksi dengan pemerintah, sementara belanja untuk yang termiskin masih sangat rendah.
Di Eropa, penghematan telah dikenakan kepada kaum miskin dan kelas menengah bawah akibat tekanan besar dari pasar keuangan, namun investor kaya telah memperoleh manfaat dari dana talangan oleh lembaga keuangan negara.
Di Afrika, perusahaan global, terutama di industri ekstraktif, memanfaatkan pengaruh mereka untuk menghindari pajak dan royalti, yang berakibat pada mengurangi sumber daya yang tersedia bagi pemerintah untuk memerangi kemiskinan.
Membuat Komitmen
Dari laporan itu, Oxfam menyerukan para peserta WEF untuk berjanji secara pribadi berkomitmen dan melaksanakan enam poin yang diajukan, yaitu: (1) Mendukung pajak progresif dan tidak untuk menghindari pajak mereka sendiri, (2) Tidak menggunakan kekayaan mereka untuk mencari bantuan politik yang melemahkan kehendak demokratis sesama warga,
Poin berikutnya, (3) Mempublikasikan semua investasi perusahaan dan membangun kepercayaan bahwa masyarakat adalah pemilik manfaat utama, (4) Mendorong pemerintah menggunakan penerimaan pajak untuk pelayanan kesehatan universal, pendidikan dan perlindungan sosial bagi warga negara, (5) Menuntut upah layak di semua perusahaan mereka sendiri atau di mana dia memiliki kontrol, dan (6) Mengajak elite ekonomi lain untuk bergabung dengan mereka dalam ikrar ini.
Oxfam menyerukan pemerintah untuk mengatasi ketidaksetaraan dengan menindak kerahasiaan keuangan dan menghindar pajak, termasuk melalui forum G-20, investasi dalam pendidikan universal dan kesehatan, dan menyetujui tujuan global untuk mengakhiri ketidaksetaraan ekstrim di setiap negara, sebagai bagian dari negosiasi pasca 2015. (oxfam.org)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...