Loading...
EKONOMI
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 10:37 WIB | Selasa, 21 Januari 2014

Sumatera-Jawa Jadi Penentu Ekonomi Nasional

Peta rencana Jembatan Selat Sunda (JSS). (Foto: Antara)

BANDARLAMPUNG, SATUHARAPAN.COM - Perekonomian di Pulau Jawa dan Sumatera bila bersatu menjadi kekuatan penentu ekonomi nasional yang memberikan kontribusi hingga 80 persen, kata pengamat ekonomi Universitas Lampung Asrian Hendicaya, di Bandarlampung, Selasa (21/1).

Menurut Asrian dalam Fokus Group Discussion (FGD) Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Koridor Ekonomi Sumatera sebagai Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional, saat ini secara nasional perekonomian di Pulau Jawa memberikan kontribusi mencapai 60 persen dan Sumatera 20-an persen.

"Karena itu bila Sumatera dan Jawa disatukan dengan adanya Jembatan Selat Sunda, perekonomian nasional akan ditentukan dari Sumatera dan Jawa dengan kontribusi hingga 80 persennya," ujar dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (Unila) itu pula.

Asrian menegaskan bahwa keberadaan Jembatan Selat Sunda (JSS) itu menjadi sangat penting untuk menyatukan potensi ekonomi kedua wilayah dan memperkuat basis ekonomi nasional.

"Dampak positif adanya Jembatan Selat Sunda akan sangat berpengaruh bagi perekonomian di Sumatera dan Jawa yang akan bertumbuh makin cepat, sehingga pada akhirnya juga akan memberikan kontribusi dalam percepatan pertumbuhan ekonomi nasional untuk menyejahterakan masyarakat," kata dia pula.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lampung Tony OL Tobing diwakili Sekretaris Bappeda setempat Zainal Abidin menyebutkan, saat ini secara nasional perekonomian Sumatera adalah yang terbesar kedua dengan kontribusi 23,77 persen dalam pembentukan Produk Domestik Bruto Nasional tahun 2012.

Menurut dia, sumbangsih tersebut didukung oleh kondisi alam dan geografis yang menjadikan Sumatera sebagai penyumbang produksi nasional, yaitu 72,1 persen produksi kelapa sawit, 74,24 persen produksi karet, dan 50 persen cadangan nasional batu bara, serta beberapa komoditas penting lainnya, seperti kopi yang menyumbang 77,22 persen dan lada 72,56 persen dari produksi nasional.

Lampung juga lebih 50 persen penduduknya hidup dari sektor pertanian dalam arti luas, dengan menyumbang sekitar 30 persen PDRB Provinsi Lampung.

Zainal menegaskan bahwa Lampung berperan cukup penting dalam menyumbang produksi nasional, untuk beberapa komoditas unggulan, yaitu padi, jagung, ubi kayu, gula, kopi robusta, nanas kaleng, dan pisang.

Namun Dekan Fakultas Pertanian Unila Prof Dr Wan Abbas Zakaria mengingatkan agar pertumbuhan ekonomi nasional dan wilayah serta daerah Lampung dapat ditingkatkan kualitasnya, bukan hanya bertumbuh karena sektor konsumsi tapi harus tumbuh secara produktif dengan menggerakkan sektor ekonomi masyarakat.

"Agenda MP3EI juga musti dikawal agar pencapaiannya sejalan dengan tujuan untuk memakmurkan dan menyejahterakan rakyat, terutama pula para petaninya. Jangan sampai ekonomi tumbuh pesat tapi petani dan rakyat tetap masih miskin dan belum makmur kehidupannya," ujar Prof Abbas yang juga staf ahli gubernur Lampung itu.

FGD MP3EI Koridor Ekonomi Sumatera ini digelar dua hari, Senin-Selasa (20-21/1), dilaksanakan kerja sama Bappeda Lampung, Walhi Lampung, dan Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio) FMIPA Unila, serta Mapala Ardenaswari Bandarlampung yang diikuti kalangan birokrat, perguruan tinggi/akademisi, LSM/NGO, profesional/jurnalis, dan beberapa pihak lainnya. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home