Pada Dialog BRICS, Jokowi Usulkan Langkah-langkah Cegah Dekade Tanpa Pembangunan
JAKARTA, SATUHARAPAN.CO-Presiden Joko Widodo mendorong semua negara untuk bertindak segera agar tidak terjadi dekade pembangunan yang hilang, yag bisa terjadi akibat tantangan ekonomi yang dihadapi dunia saat ini.
Jokowi mengatakan itu padaHigh-level Dialogue on Global Development secara virtual yang diselenggarakan di Beijing, China, pada hari Jumat, 24 Juni 2022.
Presiden China, Xi Jinping, menjadi tuan rumah pada dialog yang mengangkat tema “Membina Kemitraan Pembangunan Global untuk Era Baru untuk Bersama-sama Melaksanakan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan”.
Dialog tersebut diikuti oleh para pemimpin negara-negara yang tergabung dalam BRICS (Brazil, Russia, India, China, and South Africa), dan para pemimpin negara-negara berkembang yang relevan.
Jokowi mengatakan tantangan dunia saat ini sangat berat, yaitu tantangan terhadap ketahanan pangan, ketahanan energi, hingga stabilitas keuangan yang makin sulit.
Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini, katanya, juga turun satu persen menjadi 2,6 persen, dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs makin tertunda cukup signifikan.
Dalam pidatonya secara virtual pada High-level Dialogue on Global Development dari Istana Merdeka, Jakarta, pada hari Jumat, 24 Juni 2022, Jokowi mengusulkan tiga langkah yang harus dijalankan bersama.
“Pertama, sinergi untuk mengatasi emerging challenges. Sebagai Presiden G20 dan bagian dari Global Crisis Response Group, Indonesia akan terus berkontribusi untuk mengatasi masalah-masalah ketahanan pangan, energi, dan stabilitas keuangan,” katanya.
“Saya mencatat banyak inisiatif lain dari berbagai pihak. Berbagai inisiatif yang ada tersebut harus saling bersinergi dan saling memperkuat, harus memperhitungkan suara negara-negara berkembang, harus mengedepankan dialog,” katanya.
Kedua, Jokowi mendorong negara-negara untuk memperkuat kemitraan global untuk SDGs dengan fokus pada pendanaan pembangunan, dan menegaskan bahwa kesenjangan pendanaan SDGs yang meningkat dari USD 2,5 triliun per tahun sebelum pandemi menjadi USD 4,2 triliun per tahun pasca pandemi harus segera ditutup.
Pendanaan inovatif harus dimajukan, katanya, terutama peranan sektor swasta harus diperkuat. BRICS (Brazil, Russia, India, China, and South Africa) harus dapat menjadi katalis bagi penguatan investasi di negara-negara berkembang.
“Upaya serupa juga dilakukan presidensi G20 Indonesia, mendorong investasi yang menciptakan nilai tambah bagi negara berkembang. Saya juga berharap Global Development Initiative (GDI) dapat menjadi katalis pencapaian SDGs. Saya mendorong penyelarasan GDI dengan ASEAN Outlook on The Indo-Pacific di mana elemen pencapaian SDGs merupakan salah satu ruh dan prioritas kerja sama,” kata dia.
Ketiga, Jokowi mendorong penguatan sumber-sumber pertumbuhan baru. Kerja sama BRICS dengan negara mitra harus mendukung untuk transformasi digital yang inklusif, pengembangan industri hijau dan infrastruktur hijau, serta penguatan akses negara-negara berkembang pada rantai pasok global.
“Saya mengajak kita semua untuk bekerja sama. Recover together, recover stronger,” katanya.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...