Pahit Menjadi Legit
Kreativitas dan inovasi ekonomi kreatif telah mengubah nasib.
SATU HARAPAN.COM – Pare atau peria (Momordica charantina) rasanya pahit, sehingga kurang disukai. Padahal pare memiliki khasiat luar biasa yang bermanfaat bagi kesehatan. Di Brazil dan Meksiko, buah dan daun pare digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional karena mengandung charantin, vicine, dan kandungan bioaktif lainnya yang dapat menyehatkan tubuh dan mencegah berbagai penyakit.
Sayur, selalu identik dengan tumis, oseng, atau olahan berkuah, yang dimakan bersama nasi. Apalagi sayur pare, selain keterbatasan kuliner, rasa pahitnya juga menjadi kendala tersendiri. Dalam kuliner siomay, pare disandingkan bersama dengan ikan tengiri, telur ayam rebus, sayur kubis, dan kentang, bersama sambal kacang. Namun, karena rasa pahit yang kuat, pare dihindari oleh penikmat.
Di tangan Sri Lestari Murdaningsih, Klaten, pare diolah menjadi kuliner kripik. Rasa pahit yang melekat, diubah menjadi rasa legit nan nikmat. Dari kuliner yang dihindari, menjadi santapan favorit keluarga yang terus dicari dan digandrungi.
Bisnis Sri pun berkembang, dari kripik pare merambah ke kripik sayur daun pepaya, daun singkong, bayam, bahkan daun sirih dan sirsak pun ada. Tak ayal lagi, sumber daya sayur yang diambil dari pekarangan dan kebun sekitar rumah yang bernilai jual rendah menjadi bernilai jual tinggi, hingga ratusan ribu. Bisa dibayangkan, omzet perbulan pun merambah lebih dari tiga puluh juta rupiah. Jika keuntungannya dihitung 30% saja, maka pendapatan tambahan keluarga rata-rata adalah sepuluh juta/bulan.
Kreativitas dan inovasi ekonomi kreatif telah mengubah nasib petani sayur yang menderita, menjadi pengusaha hasil pertanian yang sejahtera. Semoga.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...