Pahlawan TB Simatupang: Saya adalah Orang yang Berhutang
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - "Saya adalah orang yang berhutang," kata pahlawan nasional Tahi Bonar Simatupang yang dikutip oleh Pdt Septemy Lakawa diambil dari judul otobiografinya, dalam khotbah malam ibadah syukur penganugerahan gelar Pahlawan Nasional TB Simatupang di Auditorium Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Jakarta, pada Selasa (26/11).
Menurut Septemy Lakawa, kepahlawanan TB Simatupang memiliki semangat seperti Nabi Yeremia. Ia menilai kepahlawan TB Simatupang, yang akrab dipanggil Pak Sim itu, dapat menjadi kritik bangsa Indonesia dan sekaligus sebagai penanda harapan yang baik.
“Masih ada yang benar di bangsa kita ini, untuk dijadikan contoh kemimpinan politik dan publik di tengah-tengah bangsanya. Ia seperti Yeremia, namun ia bukan Yeremia. Tetapi, karyanya seperti apa yang dilakukan Yeremia,” demikian khotbah Septemy Lakawa merujuk firman yang direnungkan malam itu.
Selanjutnya, pendeta yang juga dosen Sekolah Tinggi Teologi Jakarta itu mengatakan, sosok Pak Sim diduga sering menaikkan Doa Bapa Kami dalam perjalanan karya hidupnya di masyarakat. Ia menilai berdasarkan rumusan “Saya adalah orang yang berhutang”, yang berakar dari Doa Bapa Kami.
“Saya membayangkan pahlawan ini, sedemikian sering mendoakan Doa Bapa Kami dan menjadikan doa itu berakar dalam persilangan kelompok publik. Doa itu ia bawa dalam rumusan kiprahnya di tengah-tengah bangsa dan negara,” Septemy menegaskan.
Saya Orang yang Berhutang
Dalam judul otobiografi singkatnya Saya adalah Orang yang Berhutang, seakan tidak hentinya TB Simatupang bertanya, apa lagi yang dapat ia berikan untuk Tuhan. Ia menutup otobiografinya dengan perenungan bahwa segala sesuatu adalah milik kita, tetapi pada akhirnya semua yang kita miliki adalah milik Allah.
“Dalam cara kita memiliki segala sesuatu itu kita membayar hutang kita dengan melayani sesama kita dan dengan itu kita memuliakan nama Tuhan,” tulis TB Simatupang, empat tahun sebelum meninggal dunia pada 1990.
Ibadah syukur yang dimulai pukul 17.00 WIB itu diselenggarakan atas kerja sama Keluarga TB Simatupang dengan Yayasan Del, Oikoumene, dan Universitas Kristen Indonesia. Hadir malam itu Kepala Staff Angkatan Darat Jenderal TNI Budiman, Pdt Dr SAE Nababan, dan sejumlah tamu undangan.
Selain acara ibadah syukur, panitia juga menyelenggarakan diskusi dan sharing bertajuk "Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila di Era Reformasi". Diskusi dimoderatori Prof Dr Imam Prasodjo, dan Ketua Harian Pusat Studi Pancasila dari Universitas Pancasila Yudi Latif membawakan tema “Membutuhkan Etika Pancasila dalam Penyelenggaraan Negara”, serta Ketua Umum PGI Andreas A Yewangoe memaparkan tema “TB Simatupang dan Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila”.
Gelar Pahlawan Nasional
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Jumat sore (8/11) yang lalu, menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada tiga tokoh pejuang Indonesia, yaitu Dr Radjiman Wedyodiningrat, Lambertus Nicodemus Palar, dan Letjen (Purn) TB Simatupang. Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional diterima oleh wakil dari keluarga masing-masing pejuang di Istana Negara, Jakarta.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional yang dilakukan sebagai rangkaian kegiatan menyambut Hari Pahlawan itu, didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 68/TK/Tahun 2013 yang ditandatangani oleh Presiden Yudhoyono pada 6 November.
Editor : Sotyati
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...