Pak Nasir: Rezeki, Kita Nggak Nyangka Datangnya
SATUHARAPAN.COM - Saban bulan saya mampir ke panti pijat tunanetra yang dikelola Pak Nasir di Rawamangun. Entah kenapa, saya selalu kembali ke sana. Padahal dibanding tempat pijat lain, yang lebih dingin dan nyaman, tempat Pak Nasir cukup bising karena suara kendaraan dari jalanan dan hanya ada kipas angin.
Saya selalu senang dengan suasana di tempat Pak Nasir. Kepenatan tubuh dan hidup seperti terlepas di sana. Pak Nasir selalu punya cara agar pelanggannya nyaman. Setiap mampir, dia pasti menanyakan kabar anak dan istri saya. Dan setelah itu obrolan santai pun akan berlangsung di sela-sela pijatannya.
Pak Nasir mempunyai tiga anak buah. Meski sering sepi order, Pak Nasir dan anak buahnya tak pernah sepi canda. Hidup yang berat dilaluinya dengan penuh guyon. Tentang rezeki, dia pernah berkisah: ”Kalo yang namanya rezeki, Mas… kita nggak pernah nyangka datengnya. Dulu ada pelanggan yang kasih tahu akses pinjaman ke bank… terus kasih tahu ada tanah yang mau dijual. Akhirnya, jadi rumah tiga lantai ini. Lantai 1 buat pijet, lantai 2 dan 3 buat kontrakan”. Pak Nasir, yang sebelumnya tukang pijat keliling, kini punya tempat usaha permanen.
Pada usia lanjutnya, Pak Nasir dan istrinya, yang juga tunanetra, tetap bekerja dengan ikhlas. ”Kadang nggak kepikir, ada aja hasilnya. Yang penting anak-anak bisa selesai kuliah… sisanya bisa bantu saudara yang lagi butuh….”
Selama bertahun-tahun saya menjadi pelanggan Pak Nasir, tidak pernah dengar dia mengeluh tentang hidup. Dia selalu yakin bahwa rezeki bila dicari dengan halal akan mendatangkan kebaikan. Di balik ketunanetraannya, dia seperti bisa melihat bahwa Tuhanlah yang memelihara hidupnya.
email: inspirasi@satuharapan.com
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...