Pakar: Media Sosial Alternatif Terbaik untuk Kampanye
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pakar komunikasi, Lintang Ratri Rahmiaji, mengatakan para pasangan calon (paslon) gubernur DKI Jakarta harus memaksimalkan media sosial sebagai sarana kampanye di era digital ini.
"Maksimalkan media sosial. Di era informasi, mau tidak mau teknologi berperan banyak dalam kehidupan masyarakat modern. Para paslon semestinya memahami perubahan cara berkomunikasi ini, mengingat pemilihnya sudah mulai bergerak ke generasi digital native," kata Lintang, hari Jumat (24/2).
Perempuan yang berprofesi sebagai dosen ilmu komunikasi di Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial (Fisip) Universitas Diponegoro di Semarang ini menambahkan bahwa media sosial dapat menjadi pedang bermata dua karena selain dapat membangun citra paslon, juga dapat menjatuhkan karakternya.
"Media sosial saat ini dapat berperan bak pedang bermata dua, bisa membangun atau membunuh karakter. Ya perang kampanye sekarang tidak hanya perang pidato, tapi juga perang buzzer," kata Lintang.
Selain itu, menurut Lintang, metode blusukan diyakininya masih akan populer dan tetap digunakan para paslon untuk berkampanye karena melalui blusukan antara paslon dan masyarakat dapat saling berkomunikasi secara langsung mengingat pada pilkada DKI Jakarta putaran pertama, para paslon masih menggunakan metode kampanye blusukan.
"Terutama pada slump area atau kelas menengah ke bawah karena suara masyarakatnya cenderung tidak diakomodasi di media-media arus utama, selain itu juga mereka terbatas dalam mengakses media sosial sehingga hanya bisa menyampaikan aspirasi secara langsung kalau ada yang menemui. Terutama masyarakat pinggiran, pedagang pasar, cara paling efektif buat dekat ke mereka ya mendatangi mereka," ujar Lintang.
Lintang juga mengatakan komunikasi yang disampaikan antara para paslon dan calon pemilih yang sekaligus warga Jakarta sudah baik dan berjalan efektif.
"Jika kita melihat hasil pilkada yang lalu tentu saja secara sederhana kampanye kedua paslon berhasil, artinya komunikasi mereka meskipun dengan pendekatan yang berbeda telah berjalan efektif, karena komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang mampu mempersuasi komunikan (penerima pesan) agar berpikir, bersikap dan berlaku seperti yang diinginkan komunikator (produsen pesan). Bahwasanya mereka mampu mempengaruhi pemilihnya, dan ini membuktikan bahwa keduanya berkomunikasi dengan baik," ujar dia.
Pilkada DKI Jakarta yang berlangsung pada tanggal 15 Februari 2017 dengan hasil perhitungan sementara KPU yang menyatakan paslon nomor satu Agus-Sylvi memperoleh 17,07 persen, paslon nomor sua Ahok-Djarot 42,96 persen, dan paslon nomor tiga Anies-Sandiaga 39,97 persen.
Dengan perolehan suara masing-masing paslon yang belum mencapai 50 persen+1, KPU akan mengadakan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua yang berlangsung tanggal 19 April 2017 dan diikuti oleh paslon nomor dua dan nomor tiga. (Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...