Pakar: Menurunnya Indera Penciuman Mungkin Tanda Lain Terinfeksi COVID-19
SATUHARAPAN.COM-Menurunnya kemampuan indera penciuman (bau) atau pengecap (rasa) mungkin merupakan tanda awal terinfeksi virus pandemi, kata para pakar medis yang mengutip laporan dari beberapa negara. Mungkin hal itu berfungsi sebagai alat skrining yang berguna, kata mereka.
Pendapat tentang infeksi virus COVID-19 yang mengurangi kemampuan indera penciuman bukanlah hal baru. Infeksi virus pernapasan adalah penyebab umum dari hilangnya bau, karena peradangan dapat mengganggu aliran udara dan kemampuan untuk mendeteksi bau. Indera penciuman biasanya kembali lagi ketika infeksi sembuh, tetapi dalam sebagian kecil kasus, kehilangan bau dapat bertahan setelah gejala lain hilang. Dalam beberapa kasus, itu permanen.
Sekarang, ada "bukti baik" dari Korea Selatan, China dan Italia tentang kehilangan atau gangguan penciuman pada orang yang terinfeksi, kata sebuah pernyataan bersama dari Presiden British Rhinological Society dan dari ENT UK, sebuah kelompok Inggris yang mewakili dokter ahli telinga, hidung dan tenggorokan. Di Korea Selatan, sekitar 30 persen orang yang dites positif mengidap virus tersebut telah menyebut hilangnya penciuman sebagai keluhan utama mereka dalam kasus-kasus ringan, kata mereka.
Jadi itu mungkin berguna sebagai cara untuk menemukan orang yang terinfeksi tanpa gejala lain (demam, batuk dan sesak napas) dari virus corona baru, kata mereka.
Peringatan Kemungkinan Terinfeksi
Usulan serupa diterbitkan hari Minggu (22/3) oleh American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Laporan itu mencatat bukti anekdotal yang "terakumulasi dengan cepat" dari seluruh dunia bahwa virus pandemi tidak hanya menyebabkan hilangnya bau, tetapi juga berkurangnya indera pengecap. Jadi munculnya gejala-gejala itu pada orang tanpa penjelasan lain harus mengingatkan dokter tentang kemungkinan infeksi COVID-19, kata kelompok itu.
Maria Van Kerkhove, seorang ahli wabah di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan kepada wartawan hari Senin (23/3) bahwa badan kesehatan PBB itu sedang menyelidiki pertanyaan apakah hilangnya bau atau rasa adalah ciri utama dari penyakit ini.
Eric Holbrook, seorang ahli penyakit hidung dan sinus di rumah sakit Massachusetts Eye and Ear di Boston, AS, mengatakan laporan itu telah menjadi topik hangat di kalangan peneliti dan dokter.
Tetapi "kami tidak memiliki bukti kuat sekarang" tentang seberapa sering hilangnya penciuman bau terjadi pada orang yang terinfeksi virus pandemi, katanya dalam sebuah wawancara pada hari Senin (23/3).
Holbrook mengatakan bahwa laporan yang dia lihat menunjukkan indera penciuman kembali pulih dalam beberapa pekan, tetapi berapa lama itu masih belum mapan.
Dia juga mengatakan sulit untuk menilai laporan hilangnya indera pengecap (rasa) karena orang-orang dengan indera penciuman sering melaporkan kehilangan rasa, yang secara teknis berbeda dari gangguan selera.
Holbrook mengatakan dia sedang mencoba membuat studi tentang indera penciuman (bau) pada orang yang diuji untuk virus corona di rumah sakit daerah Boston. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...