Pasien yang Pulih dari Corona Bisa Alami Penurunan Fungsi Paru-paru
CHINA, SATUHARAPAN.COM – Peneliti China telah menemukan kantung berisi cairan atau 'serpihan' di paru-paru pasien yang terinfeksi corona. Hasil pemindaian menunjukkan mereka yang sembuh dari corona bisa mengalami penurunan fungsi paru-paru.
Lebih dari 86.000 orang di seluruh dunia kini telah pulih dari penyakit COVID-19. Dalam kasus ini, pasien yang dinyatakan pulih ini adalah mereka yang terinfeksi virus corona dalam bentuk ringan hingga sedang, atau karena pasien-pasien tersebut menerima perawatan medis yang sangat baik.
Berita ini tentu melegakan untuk didengar, namun pada sisi lain belum ada banyak informasi tentang bagaimana kesehatan paru-paru pasien yang sembuh ini ke depan.
Dengan kelegaan luar biasa, beberapa orang yang sembuh dari virus corona menjelaskan, bagaimana mereka selamat dari tidak hanya tekanan fisik, tapi juga yang paling utama adalah tekanan psikologis, seperti penyembuhan dari gejala, ketidakpastian yang menyiksa, dan fase isolasi yang melelahkan. Mereka senang kini telah kebal terhadap virusSARS-CoV-2 karena telah sembuh dari penyakit tersebut.
Meski demikian, sesuatu yang melegakan biasanya bercampur dengan kekhawatiran lain, misalnya berkenaan dengan banyak orang yang belum terinfeksi.
Pemulihan Total?
Karena penyakit COVID-19 umumnya mempengaruhi saluran pernapasan bagian bawah, sebagian besar dari mereka yang terinfeksi menunjukkan batuk kering, sesak napas atau pneumonia.
Para peneliti di Hong Kong mengatakan, dalam penelitian terbaru, pasien yang telah sembuh dari COVID-19 dapat mengalami kerusakan paru-paru.
Sebuah studi kecil yang didapat dari 12 pasien sembuh itu menunjukkan bahwa dua atau tiga di antaranya telah mengalami penurunan fungsi paru-paru. Namun, penelitian ini masih terlalu dini untuk mengonfirmasi efek jangka panjangnya.
"Pada beberapa pasien, fungsi paru-paru dapat menurun sekitar 20 hingga 30 persen setelah pemulihan," kata Dr Owen Tsang Tak-yin, direktur medis dari Pusat Penyakit Menular di Rumah Sakit Princess Margaret di Hong Kong, yang dilansir dw.com pada Senin (23/3).
Pemindaian tomografi komputer, menunjukkan adanya kantung berisi cairan atau 'serpihan' di paru-paru, yang mungkin semakin memburuk saat penyakit berkembang.
Dalam sebuah studi baru-baru ini, para ilmuwan dari Rumah Sakit Zhongnam di Universitas Wuhan menganalisis 140 pemindaian paru-paru pasien COVID-19, dan menemukan ground glass opacity (GGO), temuan radiologi yang menunjukkan adanya kekaburan di area paru-paru akibat adanya kantung berisi cairan atau 'serpihan'.
Dugaan Fibrosis Paru-paru
Penelitian lebih lanjut dari pasien yang telah sembuh dari COVID-19, harus terus dilakukan untuk menunjukkan apakah mereka bisa terkena fibrosis paru atau gangguan pernapasan akibat terbentuknya jaringan parut di organ paru-paru. Seiring waktu, jaringan parut tersebut dapat menghancurkan paru-paru normal dan menyulitkan oksigen untuk masuk ke dalam darah. Tingkat oksigen yang rendah (dan jaringan parut itu) dapat menyebabkan sesak napas, terutama saat melakukan aktivitas fisik.
Fibrosis paru-paru tidak dapat disembuhkan karena perubahan bekas luka di jaringan paru-paru tidak dapat kembali ke kondisi semula. Tetapi, perkembangan fibrosis paru dapat ditunda dan bahkan kadang-kadang bisa dihentikan jika terdeteksi pada waktu yang tepat.
Apakah Pasien yang Pulih dari COVID-19 Telah Kebal?
Mayoritas ahli virologi yakin, pasien yang telah sembuh dari COVID-19 akan menjadi kebal terhadap virus SARS-CoV-2. Pada akhirnya, sistem kekebalan tubuh itu sendirilah yang menghasilkan antibodi yang tepat selama infeksi, yang kemudian membuat patogen menjadi tidak berbahaya.
Ini semua jelas berlaku bagi mereka yang hanya terinfeksi virus dalam kategori ringan, dan yang tidak menunjukkan gejala. Maka sangat tidak mungkin bagi mereka untuk terinfeksi kembali oleh COVID-19. (dw.com)
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...