Pakistan Mulai Kampanye Vaksinasi Polio

ISLAMABAD, SATUHARAPAN.COM-Sekjen PBB, Antonio Guterres kampanye vaksinasi polio di Pakistan. Dalam kunjungan resmi pertamanya ke negara itu, dia mengunjungi taman kanak-kanak di Lahore pada hari Selasa (18/2), ketika negara itu memulai kampanye polio nasional pertamanya untuk tahun ini.

Meskipun tidak ada obat untuk polio, vaksinasi dapat diyakini melindungi anak seumur hidup dari penyakit itu. Kampanye di Pakistan bertujuan untuk menjangkau lebih dari 39 juta anak.

“Polio adalah satu dari sedikit penyakit yang dapat kita singkirkan di dunia dalam beberapa tahun mendatang. Ini adalah prioritas PBB dan saya sangat senang melihat ini adalah prioritas bagi Pemerintah Pakistan,” kata Guterres. Dia mengharapkan semua pemimpin agama, tokoh masyarakat mendukung upaya ini.

Vaksinasi polio di Pakistan dan tetangganya Afganistan menghadapi tantangan kesalahpahaman dan ketidakpercayaan. Dan dua negara itu merupakan yang tertinggi mengahadapi penyakit polio, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tahun lalu, Pakistan menghadapi kebangkitan polio, dengan 144 kasus baru.

Di Pakistan, hampir sepertiga anak usia 12 hingga 23 bulan tidak mendapatkan vaksin dasar, karena mereka tinggal di daerah yang sulit dijangkau, atau karena kesalahpahaman tentang pentingnya imunisasi.

Petugas vaksinasi, Farzana Shakeel, dilempari batu, diteriaki, dan bahkan diancam selama kampanye vaksinasi anti-polio di Karachi. "Sampai hari ini, banyak orang di komunitas saya berpikir bahwa vaksin adalah konspirasi untuk mencegah mereka memiliki lebih banyak anak, atau melukai mereka dengan cara tertentu," katanya.

Guterres juga bertemu para pekerja Program Pemberantasan Polio Pakistan. Tim dengan kekuatan 265.000 orang bergerak dari pintu ke pintu selama kampanye vaksinasi. Dana Anak PBB, UNICEF, yang mengelola pengadaan dan distribusi lebih dari 1 miliar dosis vaksin polio di seluruh dunia setiap tahun. Badan ini mendukung program di Pakistan dalam penyediaan vaksin dan memperkuat kemitraan dengan masyarakat setempat untuk membangun kepercayaan pada vaksin.

Editor : Sabar Subekti