Pakistan: Serangan Bom Saat Salat Jumat di Masjid, 45 Tewas
PESHAWAR, SATUHARAPAN.COM-Sebuah bom kuat meledak di dalam sebuah masjid Muslim Syiah di kota Peshawar, Pakistan, pada Jumat (4/3), menewaskan sedikitnya 45 jemaah dan melukai sekitar 65 lainnya, banyak dari mereka dalam keadaan kritis, kata polisi.
Kepala Polisi Peshawar, Muhammed Ejaz Khan, mengatakan kekerasan dimulai ketika dua penyerang bersenjata menembaki polisi di luar masjid di kota tua Peshawar. Seorang penyerang dan seorang polisi tewas dalam baku tembak tersebut, dan seorang pejabat polisi lainnya terluka. Penyerang yang tersisa kemudian berlari ke dalam masjid dan meledakkan bom.
Pejabat polisi setempat, Waheed Khan, mengatakan ledakan itu terjadi saat jemaah berkumpul di masjid Kucha Risaldar untuk salat Jumat. Korban tewas kemungkinan akan meningkat karena banyak dari yang terluka berada dalam kondisi kritis, tambahnya.
Ambulans bergegas melalui jalan-jalan sempit yang padat membawa yang terluka ke Rumah Sakit Lady Reading, tempat para dokter bekerja dengan tergesa-gesa. Setidaknya 150 jemaah berada di dalam masjid pada saat ledakan, kata saksi mata.
Tidak ada yang segera mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu, tetapi baik kelompok Negara Islam (ISIS) maupun organisasi Taliban Pakistan telah melakukan serangan serupa di wilayah itu, yang terletak di dekat perbatasan dengan negara tetangga Afghanistan.
Shayan Haider, seorang saksi, sedang bersiap memasuki masjid ketika sebuah ledakan kuat melemparkannya ke jalan. "Saya membuka mata dan ada debu dan tubuh di mana-mana," katanya.
Di bagian Gawat Darurat Rumah Sakit Lady Reading, terjadi kekacauan saat para dokter berjuang untuk memindahkan banyak orang yang terluka ke ruang operasi. Ratusan kerabat berkumpul di luar unit gawat darurat, banyak dari mereka meratap dan memukuli dada, memohon informasi tentang orang yang mereka cintai.
Di luar masjid, Muslim Syiah mendesak melalui jalan-jalan yang ditutup. Masjid Kucha Risaldar adalah salah satu yang tertua di daerah tersebut, sebelum berdirinya Pakistan pada tahun 1947 sebagai tanah air terpisah bagi umat Islam di anak benua India.
Pemimpin shalat, Allama Irshad Hussein Khalil, seorang pemimpin muda Syiah yang sedang naik daun, termasuk di antara yang tewas. Di seluruh kota, sirene ambulans terdengar.
Perdana Menteri Imran Khan mengutuk pemboman itu. Pensiunan perwira militer, Sher Ali, yang berada di dalam masjid pada saat ledakan itu terluka oleh pecahan peluru yang beterbangan. Dia membuat permohonan yang berapi-api kepada pemerintah Pakistan untuk perlindungan yang lebih baik terhadap minoritas Muslim Syiah di negara itu.
“Apa dosa kami? Apa yang telah kamilakukan? Bukankah kita warga negara ini?” katanya dari dalam ruang darurat, pakaian putihnya berlumuran darah.
Di Pakistan yang mayoritas Muslim Sunni, minoritas Muslim Syiah mendapat serangan berulang-ulang. Dalam beberapa bulan terakhir, Pakistan telah mengalami peningkatan kekerasan yang luas. Puluhan personel militer tewas dalam sejumlah serangan terhadap pos-pos militer di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan. Banyak yang telah diklaim oleh Taliban Pakistan, yang menurut para analis telah didorong oleh kembalinya Taliban Afghanistan ke tampuk kekuasaan Agustus lalu.
Pakistan telah mendesak penguasa baru Afghanistan untuk menyerahkan gerilyawan Taliban Pakistan yang telah melancarkan serangan mereka dari Afghanistan. Taliban Afghanistan mengatakan wilayah mereka tidak akan digunakan untuk melancarkan serangan terhadap siapa pun, tetapi sampai sekarang mereka belum menyerahkan pemberontak Pakistan. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...