Pakistan: Warga Berebut Sedekah Ramadhan, 11 Orang Tewas
ISLAMABAD, SATUHARAPAN.COM-Sedikitnya 11 orang tewas dalam kerumunan massa yang berdesak-desakan di kota Karachi, Pakistan selatan, hari Jumat (31/3) ketika sumbangan sedekah Ramadhan memicu penyerbuan di negara yang dilanda inflasi, kata polisi.
Pakistan telah dilanda gejolak ekonomi selama berbulan-bulan, dengan mata uang rupee runtuh dan harga makanan pokok melonjak hampir 50 persen karena negara itu berjuang melawan krisis neraca pembayaran yang memaksanya melakukan pembicaraan bail-out dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Fida Janwari, seorang perwira polisi senior di lingkungan Kota Baldia di Karachi barat, mengatakan penyerbuan terjadi ketika perempuan miskin dengan anak-anak berbondong-bondong ke sebuah pabrik yang akan membagikan sedekah.
"Kepanikan melanda dan orang-orang mulai berlarian," katanya kepada AFP. Jenazah enam perempuan dan tiga anak dibawa ke rumah sakit negara bagian Abbasi Shaheed, kata juru bicara Muhammad Farraukh.
Seorang pejabat LSM Penyelamat mengatakan kepada AFP bahwa dua jenazah tambahan dikirim ke rumah sakit lain di kota itu.
Asma Ahmed, 30, mengatakan nenek dan keponakannya termasuk di antara yang tewas. “Setiap tahun kami datang ke pabrik untuk mendapatkan zakat,” katanya, menggunakan istilah Islam untuk sedekah.
“Mereka mulai memukuli para perempuan dengan pentungan dan mendorong mereka,” tambah Ahmed. “Ada kekacauan di mana-mana.”
"Mengapa mereka memanggil kita jika mereka tidak bisa mengaturnya?" dia bertanya.
Janwari mengatakan tiga karyawan pabrik ditangkap setelah gagal memberi tahu polisi tentang acara donasi untuk mengatur pengendalian massa.
Pekan lalu, pada hari pertama Ramadhan, ketika umat Islam secara tradisional memberikan sumbangan kepada orang miskin, satu orang tewas dan delapan lainnya terluka dalam perebutan sumbangan tepung di barat laut Pakistan.
Keuangan Pakistan telah tertatih-tatih oleh beberapa dekade salah urus keuangan dan kekacauan politik. Situasi ini diperparah oleh krisis energi global yang disebabkan oleh perang di Ukraina, dan banjir monsun yang melumpuhkan tahun lalu yang menenggelamkan sepertiga wilayah negara itu.
Negara Asia Selatan berpenduduk 220 juta jiwa itu terlilit utang dan harus memberlakukan reformasi pajak yang keras dan mendorong harga utilitas jika berharap untuk membuka tahap lain dari bail-out IMF senilai US$6,5 miliar dan menghindari gagal bayar. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...