Pakta Perdagangan Trans Pasifik Disepakati
ATLANTA, SATUHARAPAN.COM - Amerika Serikat, Jepang dan 10 negara Pasifik lainnya mencapai kesepakatan pada hari Senin (5/10), atas pakta perdagangan bebas terbesar dalam satu generasi, sebuah upaya ambisius yang dipimpin oleh pemerintahan Obama untuk menyatukan ekonomi di seluruh wilayah yang luas.
Kesepakatan itu dicapai setelah lebih dari lima tahun perundingan yang sulit.
Perwakilan Dagang AS, Michael B. Froman, menjelaskan bahwa pakta tersebut merupakan "kesepakatan bersejarah" yang membahas ekonomi dan perdagangan internasional sebagai tantangan abad ke-21.
Kesepakatan itu "membantu menentukan aturan bagi kawasan Asia-Pasifik" selama beberapa dekade ke depan, katanya kepada wartawan, seperti dikutip oleh The Washington Post, Senin (5/10).
Negosiator menghabiskan seminggu untuk menemukan konsensus mengenai istilah untuk Trans Pacific Partnership, TPP (Kemitraan Trans-Pasifik). Pada hari Minggu, rencana untuk mengumumkan kesepakatan tertunda beberapa kali karena beberapa pihak masih berselisih atas sejumlah rincian teknis yang terkait dengan akses pasar untuk produk susu dan obat biologis generasi baru.
"Kami mencapai sesuatu yang beberapa orang pikir tidak bisa diraih," kata utusan Kanada dalam perundingan yaitu Menteri Perdagangan Ed Fast.
Pakta yang terdiri dari dua bagian itu, meliputi beberapa bab yang membahas penurunan tarif untuk produk pertanian dan mobil serta hak kekayaan intelektual untuk obat farmasi dan film, aliran informasi yang bebas di Internet, konservasi satwa liar, perdagangan online dan sengketa pemukiman untuk perusahaan multinasional.
Para anggota TPP selain AS dan Jepang adalah Australia, Brunei, Cile, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura dan Vietnam. Gabungan Produk Domestik Bruto (PDB) negara-negara ini mencapai 40 persen dari PDB seluruh dunia.
Obama, yang mengumumkan inisiatif TPP pada 2011, mengatakan bahwa pemerintahannya akan mengambil peran utama dalam negosiasi, untuk mewujudkan kemenangan besar dengan lebih dari setahun yang tersisa di baginya di Gedung Putih. Awalnya banyak yang skeptis atas langkah Obama ini, yang merupakan cara dia untuk meningkatkan strateginya menyeimbangkan kebijakan luar negeri AS terhadap Asia dan mempertahankan keunggulan ekonomi dalam menghadapi pertumbuhan Tiongkok.
"Kami dapat mendorong pertumbuhan melalui perdagangan yang memenuhi standar yang lebih tinggi," kata Obama dalam pidato di PBB di New York pekan lalu. "Dan itulah yang kita lakukan melalui TPP, kesepakatan yang akan membuka pasar sekaligus melindungi hak-hak pekerja dan melindungi lingkungan yang memungkinkan pengembangan untuk dipertahankan, " kata dia.
Presiden Obama secara pribadi campur tangan dalam hari-hari terakhir pembicaraan, melakukan percakapan telepon dengan beberapa pemimpin, termasuk Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull. Berbagai poin terakhir di Atlanta berpusat pada lamanya perlindungan pasar produk obat-obatan, tarif untuk produk susu dan peraturan yang menentukan bagaimana mengklasifikasikan lokasi produksi sebuah mobil.
Walau ini dianggap sebagai sukses besar, sambutan di dalam negeri AS sendiri beragam. Penentangan yang keras datang bahkan dari tokoh Partai Republik yang pada awalnya ikut memperjuangkan TPP.
Senator dari Partai Republik, Orrin Hatch, mengatakan, "Saya khawatir kesepakatan ini akan gagal dalam waktu singkat." Orrin Hatch adalah Ketua Komite Keuangan Senat yang mengawasi perdagangan.
Di kalangan Partai Demokrat sendiri juga banyak yang belum meyakini keuntungan AS dari menyepakati pakta ini. Mereka bahkan khawatir pakta ini justru akan merugikan pekerja mereka.
Senator Bernie Sanders, kandidat independen yang ikut berkompetisi mendapat nominasi capres Partai Demokrat mengecam perjanjian ini."Wall Street dan perusahaan besar lainnya telah menang lagi," kata dia.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...