Palestina akan Beraksi Jika Israel Tidak Bebaskan Tahanan
RAMALLAH, SATUHARAPAN.COM - Presiden Palestina Mahmud Abbas pada Sabtu (22/3) memperingatkan bahwa Palestina akan beraksi jika Israel tidak membebaskan kelompok keempat dan terakhir tahanan veteran sesuai kesepakatan yang didukung oleh Amerika Serikat.
“Kami sedang menunggu pembebasan tahanan kelompok keempat, seperti yang disepakati Israel melalui Amerika Serikat,” katanya kepada anggota komite pusat gerakan Fatah.
“Maksud kami adalah, jika mereka tidak dibebaskan, ini adalah pelanggaran terhadap perjanjian tersebut dan membuat kami bisa melakukan aksi yang kami anggap sesuai dengan norma perjanjian internasional.”
Israel setuju untuk membebaskan 104 tahanan lama ketika perundingan dimulai oleh Menteri Luar Negeri AS John Kerry pada Juli.
Sampai saat ini Israel telah membebaskan 78 orang, hampir semuanya sudah ditahan selama lebih dari 20 tahun.
Namun para menteri Israel memperingatkan bahwa jika Palestina tidak setuju untuk memperpanjang perundingan di luar batas waktu pada 29 April, mereka tidak akan membebaskan sisa tahanan seperti yang dijadwalkan pada 29 Maret.
Sebelumnya pada bulan ini, Abbas mengatakan Palestina tidak akan setuju terhadap perpanjangan perundingan damai dengan Israel kecuali jika mereka membebaskan lebih banyak tahanan dari kelompok terakhir.
Hamas Mengancam
Sayap militer Hamas yang menguasai Gaza pada Sabtu mengirimkan pesan ancaman kepada Israel, 10 tahun setelah pemimpin spiritual gerakan Islamis Pakistan tewas dalam sebuah serangan udara Israel.
Warga Israel, serta reporter asing di Israel, menerima pesan yang berisi: “Jika Gaza akan diserang, nyawa para Zionis akan terancam” dan “Dalam perang berikutnya semua Tanah Palestina akan kembali.”
Seorang narasumber Hamas mengatakan kepada AFP itu adalah ulah dari Brigade Ezzedine al-Qassam, dikirim pada waktu yang bersamaan dengan peringatan pembunuhan Sheikh Ahmed Yassin.
“Al Qassam sudah memilih kalian untuk menjadi Shalit selanjutnya,” kata isi pesan lainnya, merujuk pada tentara Israel Gilad Shalit, yang diculik dan ditawan di Gaza selama lima tahun sampai Hamas membebaskannya sebagai ganti untuk pembebasan lebih dari 1.000 tahanan Palestina.
Pesan-pesan tersebut dikirim melalui ponsel berbeda. Pemilik dari satu-satunya ponsel yang menjawab telepon dari AFP adalah seorang pria Israel yang mengatakan jaringannya diretas.
Akun surat elektronik milik sebuah buletin berorientasi keamanan Israel, IsraelDefence, juga diretas dan sebuah surat elektronik mengenai pembunuhan Yassin diunggah.
“Kami tidak akan melupakan kematian sheik kami, Kami bersumpah untuk membalas dendam, dan kali ini dengan memenggal kepala pemimpin kalian,” isi dari sebuah surat elektronik. (AFP)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...