Palestina Minta PBB Selenggarakan Konferensi Perdamaian Tahun Depan
SATUHARAPAN.COM-Presiden Palestina, Mahmoud Abbas meminta Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Antonio Guterres, mengadakan konferensi internasional awal tahun depan untuk meluncurkan "proses perdamaian sejati" antara Israel dan Palestina.
Abbas mendesak Guterres untuk bekerja dengan Kuartet mediator Timur Tengah: Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa dan PBB, dan Dewan Keamanan PBB dalam sebuah konferensi "dengan otoritas penuh dan dengan partisipasi semua pihak terkait, awal tahun depan, untuk terlibat dalam proses perdamaian sejati," katanya hari Jumat dalam pidato di sidang Majelis Umum PBB, secara virtual hari Jumat (25/9).
Palestina menginginkan negara di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan Yerusalem timur sebagai ibu kotanya, semua wilayah direbut oleh Israel pada tahun 1967.
Para pemimpin Palestina menolak proposal perdamaian yang diajukan pada bulan Januari oleh Presiden AS Donald Trump, di mana Washington akan mengakui pemukiman Yahudi di wilayah pendudukan sebagai bagian dari Israel.
"Tidak akan ada perdamaian, tidak ada keamanan, tidak ada stabilitas dan tidak ada koeksistensi di wilayah kami sementara pendudukan ini berlanjut dan solusi yang adil dan komprehensif untuk masalah Palestina, inti dari konflik, tetap disangkal," kata Abbas kepada 193 anggota PBB.
Dia mengatakan Palestina tetap berkomitmen pada Prakarsa Perdamaian Arab 2020, yang dibuat oleh Arab Saudi, di mana negara-negara Arab menawarkan untuk menormalkan hubungan dengan Israel sebagai imbalan atas kesepakatan kenegaraan dengan Palestina dan penarikan penuh Israel dari wilayah yang direbut pada tahun 1967.
Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain menandatangani perjanjian pekan lalu untuk menjalin hubungan dengan Israel, menjadi negara Arab pertama dalam seperempat abad yang melanggar tabu yang sudah lama ada. Palestina mengecam tindakan tersebut.
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz, dalam pidato di PBB pada hari Rabu (23/9), mengatakan Inisiatif Perdamaian Arab adalah dasar untuk "solusi yang komprehensif dan adil," tetapi juga mengatakan dia mendukung upaya perdamaian AS. Dia berhenti mendukung perjanjian yang ditengahi AS baru-baru ini. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Tentara Ukraina Fokus Tahan Laju Rusia dan Bersiap Hadapi Ba...
KHARKIV-UKRAINA, SATUHARAPAN.COM-Keempat pesawat nirawak itu dirancang untuk membawa bom, tetapi seb...