Pameran "Estetika Domestika ", Realitas, Rutinitas, dan Mimpi-mimpi
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kehidupan kaum perempuan sangat komplek, unik, dan berbeda satu sama lain sangat tergantung pada apa yang harus dihadapi di kesehariannya. Beranjak dari kenyataan tersebut tujuh belas perempuan seniman-perupa yang tergabung dalam kelompok seni empu menggelar pameran bertajuk "Estetika Domestika" di ruang pamer IFI-LIP Yogyakarta.
Dengan berbagai latar belakang, memiliki perspektif dan pengalaman berdasarkan apa yang mereka hadapi sehari-hari sebagai seorang perempuan, ibu, istri, profesional dan juga seniman, ketujuh belas seniman-perupa mencoba mencari ruang nyaman, dimana setiap perupa dapat merayakan perbedaan, perasaan yang unik, kekuatan dan kreasi terdalam mereka yang kemudian disalurkan menjadi karya.
Estetika Domestika mempresentasikan karya dalam tiga kategori yang menyimbolkan ranah-ranah domestik yang selama ini menjadi keseharian kaum perempuan: ruang tamu dengan karya-karya yang memperlihatkan bagaimana hubungan perupa dengan lingkungan dan situasi sosial di luar ranah domestik, ruang dapur dan ruang makan dengan karya-karya yang menunjukkan ranah-ranah rutinitas domestik yang terjadi dalam keseharian, serta ruang tidur, karya-karya yang terdapat di ruangan ini menyimbolkan mimpi-mimpi yang selalu dibawa oleh para perupa, mimpi yang masih mungkin terjadi maupun tidak mungkin terjadi.
Pameran dibuka Senin (15/4) malam dengan sajian F&B (food & beverage) oleh Retno Redwinsock dari Kebun Kita. Ruang pamer IFI-LIP disekat dalam tiga bagian menggunakan lembaran akrilik transparan.
Pada bagian depan sebagai representasi ruang tamu empat karya masing-masing Caroline Rika Winata berjudul "to be #2", karya instalasi "My Natural Voice #2" (Lashita Situmorang), karya grafis cetak saring "Gembiralah" (Anik Indrayani), dan karya lukis dengan pensil warna dan cat air di atas kertas "Nesting" (Bonita Margaret).
Di bagian tengah, dengan sembilan panel karyanya Endang Lestari menawarkan objek-objek imajiner dimana metafora yang tercipta adalah simbol dari dunia industri. Karya yang ditampilkan memberikan penekanan kepada mesin-mesin penggerak sebagai simbol industri yang merujuk pada pola dinamis. Dan perempuan sebagai penggerak dinamika kehidupan dalam keseharian adalah mesin itu sendiri.
Sementara Ambar Kusuma dengan karya berjudul "O. Vulgaris" menggunakan mix medium di atas kanvas membuat jalinan karya yang menarik: perempuan dengan delapan tangan. Gambaran perempuan dengan beberapa tuntutan peran yang multitasking, baik domestik ataupun eksternal yang harus dijalankan sekaligus dengan fleksibel dan gesit. Menggabungkan teknik digital printing di atas kanvas, Ambar menambahkan cat akrilik dan sulaman benang di atasnya. "O. Vulgaris" sendiri diambil dari kata Octopus vulgaris, hewan moluska (lunak licin) dari kelas Cephalopoda (kaki hewan terletak di kepala), ordo Octopoda dengan terumbu karang sebagai habitat utamanya. Masyarakat mengenalnya dengan nama gurita, makhluk dengan daya ingatan yang kuat bertangan delapan.
Di bagian belakang banyak tawaran karya menarik dari Utin Rini, Liestyanti Purnomo, KaNa, Lelyana Kurniawati, Tini Jameen, ataupun Warsiyah yang membuat sebuah lampu berdiri dari selembar papan dengan lukisan perempuan bertopi. Dengan menggunakan pewarna alami (natural paint) pada tiga lukisan panel "Waktu Bisu", karya Retno Redwinsock menjadi karya yang menarik bahkan saat baru memasuki ruang pamer.
Pameran seni rupa "Estetika Domestika" akan berlangsung hingga 15 Mei 2018 di IFI-LIP Jalan Sagan No. 3 Yogyakarta.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...