Pameran "Interpersonal Encounter": Tribute to S Teddy
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Acara pembukaan Art|Jog|9 2016 Jumat (27/5), sempat diselimuti kedukaan saat sedang berlangsung sambutan-sambutan, tersiar kabar perupa yang dikenal anti-mainstream S Teddy Darmawan meninggal dunia karena kanker yang menggerogotinya hampir empat tahun.
Acara pembukaan Art|Jog|9 2016 sempat dihentikan sejenak untuk mengheningkan cipta atas kepulangan salah satu seniman/perupa besar yang telah turut memberikan warna dan perkembangan dunia seni rupa Yogyakarta khususnya dan Indonesia secara umum. Semenjak mahasiswa, S Teddy yang tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Seni Lukis Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta angkatan 1992 sering menawarkan hal-hal baru dalam berkarya baik dalam hal pemikiran, proses, hingga penyajian karyanya.
S Teddy dikenal sebagai seniman yang berdiri di luar kebiasaan, kalau tak ingin disebut liar. Ia tak ingin terkungkung dalam tatanan dan pagar estetika dalam menentukan kerja kreatif.
Untuk mengenang kiprah S Teddy dalam berkesenian, Steak Dan Kacang Ijo (SDKI) menggelar pameran bertajuk "Interpersonal Encounter" di Museum Dan Tanah Liat (MDTL) milik perupa Ugo Untoro yang berada di Dusun Kersan, Tirtonirmolo, Kasihan-Bantul sebagai bentuk penghormatan kepada S Teddy (Tribute to S Teddy Darmawan) pada 20-30 Mei 2017.
Kurator pameran A. Anzieb memberikan penekanan bahwa tribute adalah sebentuk penghormatan (atas karya/pemikiran seseorang) sebagai apresiasi melalui penggalian ide, gagasan, pemikiran dengan melewati berbagai jalan dan kajian sehingga membentuk ilmu pengetahuan yang bisa dikaji secara akademis.
Beberapa seniman/perupa menampilkan karyanya diantaranya Joko 'gundul' Sulistiyo, Yustoni Volunteero, Salabi Asya, Dolorosa Sinaga, Agus Suwage, Patub Porx, dan juga perupa senior Nasirun.
S Teddy di Mata Sahabat
Seniman pementas (performance art) Iwan Wijono kawan satu angkatan S Teddy yang turut tampil dalam pembukaan pameran memberikan beberapa catatan tentang kiprah S Teddy.
"Seni rupa itu bisa disimpulkan menyederhanakan ide ke dalam visual, atau sebaliknya merumitkan ide ke visual. Bagi saya, kalimat ini masih terngiang jelas," kata Iwan kepada satuharapan.com. Senin (15/5). Lebih lanjut Iwan menjelaskan, Teddy banyak mengajak semua kawan terdekat dan terjauh untuk terus aktif-kreatif hingga batas terujung kemampuan.
Ketika Performance Klub mendeklarasikan jaringan performatif Nusantara, Teddy menyumbang desain logo ROP, Ring of Performance. Dalam berbagai obrolan dengan Iwan, Teddy menyarankan pengembangan ide-ide performatif ke dalam karya-karya visual. Salah satunya adalah "Sepeda Mesin Pekerja".
Pada awalnya "Sepeda Mesin Pekerja" akan dikostum dengan instalasi alat-alat erja petan, tukang kebun, tukang bangunan. Saat sepeda menjadi berat untuk dikendarai dipasanglah mesin pemotong rumput sehingga menjadi sepeda mesin pekerja yang bisa dipakai siapa saja sesuai fungsinya ataupun menjadi karya seni baik instalasi visual ataupun untuk keperluan seni performatif.
Dalam produksi video performance instalasi "Nusantara Manuscript" yang dipamerkan di Palasi de Tokyo (Paris) dua tahun lalu, Teddy memberikan support kolaboratif dalam karya video tersebut.
"Berbagi kreativitas dan keilmuan, ini yang selalu dilakukan S Teddy bagi siapapun kawan-kawannya," jelas Iwan. Tidak berlebihan jika S Teddy bisa diterima hampir semua kalangan seniman/perupa di tanah air.
Pameran "Interpersonal Encounter": Tribute to S Teddy dibuka pada Sabtu (20/5) malam di Museum Dan Tanah Liat (MDTL) , Dusun Kersan, Tirtonirmolo, Kasihan-Bantul.
Pada Minggu (21/5) digelar Cancer Charity Stage untuk penggalangan dana dengan menampilkan kelompok musik diantaranya EmanEman, Dendang Kampungan, Katalis, Sangkakala, Teknoshit.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...