Pameran Perupa Muda FKY 2018: Cah Cak Cek
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pameran Perupa Muda (Paperu) yang merupakan rangkaian dari Festival Kesenian Yogyakarta 30|2018 dibuka pada Rabu (25/7) malam. Melanjutkan Paperu sebelumnya pada FKY kali ini menampilkan bursa seni yang menawarkan produk merchandise dan karya seni grafis dari komunitas seni dari seniman-perupa muda di Yogyakarta diantaranya Survive!garage, Grafis Minggiran.
Hingga Senin (30/7) malam Paperu FKY 30 rata-rata dikunjungi 2.000-an pengunjung setiap harinya.
Paperu kali ini merupakan penyelenggaraan yang kelima mengangkat tema "Cah Cak Cek" dibuka bersama oleh koordinator Paperu Arsita Pinandita, kurator Arham Rahman serta Direktur Seni Hendra "Blangkon" Priyandhani, dengan bersama-sama memukul sebuah mobil menggunakan palu yang menjadi bagian pameran ini.
Berbeda dari tahun lalu, Paperu kali ini salah satunya ingin memunculkan atau mengakomodasi karya-karya yang acap kali dipinggirkan. Karya yang dimaksud tergolong ke dalam karya maupun praktik artistik yang tidak masuk ke dalam kategori high art.
Menggandeng Ruang Mess 56, Indonesia Sketcher, dan seni mangrafiti yang tergabung dalam Yogyakarta All Star yang pada malam pembukaan kemarin melakukan live graffity di lokasi Paperu.
Ruang Mess 56 membuat workshop ruang/kamar gelap (dark room) yang dikenal dalam fotografi analog memanfaatkan film selluloid yang bisa jadi menjadi hal yang asing bagi generasi muda saat ini.
Sebelum dikenal teknologi digital pada kamera, perekaman dilakukan dengan menggunakan film selluloid yang peka cahaya. Setelah proses perekaman gambar (foto-video), film tersebut harus melalui banyak proses yang dilakukan di dalam ruang/kamar gelap (dark room) agar selluloid-nya tidak terbakar. Di dalam ruang/kamar gelap (dark room) itulah film tersebut diproses afdruk menjadi negatif film (klise) untuk selanjutnya digunakan dalam proses berikutnya apakah untuk dicetak ataukah untuk kebutuhan roll film untuk video.
Indonesia Sketcher memajang karya sketsa dalam bentuk buku (sketchbook) dan karya sketsa di atas kertas. Sketsa menjadi dasar bagi perupa didalam menghasilkan karya seni-kreatifnya, dan merupakan catatan perupa saat merekam sesuatu yang dilihat atau berupa catatan momen kilasan ide yang bisa menjadi gagasan untuk digunakan dalam proses berkarya.
Sementara Yogyakarta All Star selain merespon dinding ruang pamer Paperu selama pameran berlangsung juga merespon beberapa titik diantaranya di sebuah dinding di dekat Panggung Pasar Seni FKY 30.
Paperu digelar di Planet Pyramid hingga 9 Agustus 2018. Ketiga komunitas tersebut selama Paperu berlangsung akan terus merespon ruang dan komunitas yang ada di lokasi Paperu. Harapannya Paperu nantinya akan mendorong kerja-kerja kolaboratif, baik antar seniman maupun antar komunitas.
Selain pameran, kegiatan-kegiatan lain yang menjadi bagian dari Paperu FKY 30 diantaranya lomba dan workshop. Lomba diperuntukkan bagi anak-anak, yaitu lomba membuat komik strip dengan penekanan penilaian akan ada pada kemampuan bercerita khas anak-anak, dan tentu saja dengan visualisasi yang baik.
Sementara untuk workshop sebagaimana penyelenggaraan FKY sebelumnya memiliki dua jenis workshop berbeda setiap harinya. Sesi workshop pertama berlangsung pukul 15.00- 18:00 WIB, sementara sesi kedua dilaksanakan pada pukul 18.00-21,00 WIB setiap hari. Materi workshop yang dipilih mempertimbangkan kecenderungan yang sama: bahan yang digunakan merupakan bahan-bahan yang mudah di dapatkan di rumah dan hasil karyanya mudah dibawa.
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...