Pameran Rontek "Maju Jaya"
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dalam satu tahun terakhir seniman grafis Samuel 'Sam' Indratma menggelar tiga pameran tunggal di tempat yang berbeda. November tahun lalu dalam tajuk "Wayang lost stang" Sam memamerkan karya wayangnya di Sangkring art project. Kampung Nitiprayan. Bulan April lalu Sam baru saja memamerkan tiga puluh enam karya grafis-stensil di atas kertas dan kanvas serta dua karya sketsa di Indieart house mengambil tajuk "Nyoh".
Dalam bulan Agustus sebanyak lima puluhan karya Sam dalam berbagai medium-material kembali dipamerkan di Jogja Gallery-Yogyakarta mengusung tema "Maju Jaya". Sebagian besar karya Sam menggunakan medium cat/tinta hitam di atas kain nylon yang biasa digunakan untuk bahan pembuatan bendera/umbul (nylon fabric) dominan warna putih dan beberapa warna lainnya. Tanpa satupun caption pada karya-karyanya, dalam penataan yang acak memenuhi ruangan dan dinding Jogja Gallery, Sam seolah sedang membuat komik minim kata dimana pembacaan diserahkan sepenuhnya kepada pengunjung.
Jika melihat pameran terakhirnya di Indieart house, pameran "Maju Jaya" menjadi pengembangan dari lima karya yang dipajang pada standing tripod partitur, dimana ketika itu Sam membuatnya dalam buku karya seri.
Dalam pen-display-an demikian ada kesan pula Sam sedang membuat pameran rontek dengan figur-karakter khasnya dalam gaya drawing dekoratif. Penggunaan rontek yang diadopsi dari bahasa Inggris round-tag pada saat ini lebih bersifat umum sebagai elemen artistik untuk menambah hiasan dan keramaian. Masyarakat di wilayah pantai utara Jawa mengenal istilah rontek dalam bentuk lidi yang dibungkus sisiran kertas warna-warni menyerupai bunga kelapa (manggar) biasanya digunakan untuk mengiringi mempelai pengantin laki-laki atau untuk acara-acara desa. Dalam bisnis periklanan, rontek bisa diidentikkan dengan mini banner sebagai media promosi. Dalam fungsi sebuah mini banner ternyata tidak artistik semata, namun sekaligus bisa berupa promosi, kampanye, hingga propaganda.
Dalam konteks pameran "Maju Jaya", rontek sebagai karya maupun media mengalami alih rupa-fungsi. Dan dengan fungsi tersebut, rontek gaya baru masih menjadi media yang efektif untuk menyampaikan banyak hal: gagasan, pemikiran, kritik, pun propaganda, atau hanya sekedar hiasan artistik semata.
Tidak ada hal baru dalam pameran terbaru Sam "Maju Jaya" kecuali penggunaan nylon fabric yang dijahit-bentuk menjadi wajah dengan tinta hitam serta warna-warni yang menjadi dasar rontek yang dipajang pada sebuah bilik dan beberapa di hall besar Jogja Gallery. Selain kemeriahan rontek terutama yang berwarna cerah, kain berjahit-bentuk wajah justru menjadi hal lain dari karya Sam: membaca rupa wajah.
Sembilan wayang karakter khas Samuel yang dipajang dengan penyinaran pada sebuah dinding akan dengan mudah mengingatkan pada pameran "Wayang lost stang", begitupun karya drawing tinta hitam di atas kertas strawboard yang dipajang di depan wayang tersebut menjadi pengulangan pada pameran "Nyoh".
Tawaran terbaiknya justu ketika Sam memajang nylon fabric warna putih polos dan berlubang secara acak yang diletakkan di atas meja display karya drawing kertas yang seakan-akan menghalangi pandangan pengunjung untuk melihat pertunjukan wayang statis. Dari lubang-lubang acak tersebut pengunjung justru bisa melihat detail karya wayang karakter Sam tanpa harus mendekati pada karya dan silakan membuat cerita sendiri.
Sementara sebuah karya rontek pada selembar kain putih dibuat Sam selama pameran berlangsung melengkapi lima karya rontek di atas payung motho berbahan kertas semen coklat.
Dalam sebuah kalimat yang dituliskan langsung di dinding ruang pamer Jogja Gallery "Bila sedang tidak menarik, munkin saatnya mendorong", seakan-akan Sam sedang bermain-main dengan kalimat dalam pamerannya "Maju Jaya" bahwa untuk bisa maju ada banyak kemungkinan yang bisa diupayakan: menarik, mendorong, dan bisa jadi menepi sejenak dari keramaian pun bisa memberikan energi untuk maju. Dimana posisi diri ditempatkan saat dan setelah menepi? Itu hal lain yang memerlukan pembacaan lagi.
Pameran tunggal Samuel Indratma bertajuk "Maju Jaya" berlangsung 19-29 Agustus 2018 di Jogja Gallery Jalan Pekapalan No. 7 Yogyakarta.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...