Pameran Seni Rupa FKY 2019 “Wirama”
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Masih ingat dengan patung/monumen harimau di depan kantor Koramil Cisewu, Garut, yang sempat viral, dan akhirnya dimuseumkan karena dianggap lucu dan tidak mencerminkan kegagahan prajurit? Sebanyak 24 karya foto berukuran 24,5 cm x 30,5 cm yang dibuat seniman foto Arif Sukardono dengan objek-objek monumen di pinggir jalan dipamerkan pada pameran Wirama, sebuah program rangkaian perhelatan Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2019.
Pameran yang berlangsung di ruang pamer Museum Sonobudoyo itu dibuka oleh Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat, Tradisi, Lembaga Budaya, dan Seni, Kundha Kabudayan Pemda DI Yogyakarta, Yuliana Eni Lestari Rahayu, Senin (8/7) petang.
Bersama karya foto Arif Sukardono, dipamerkan karya dua-tiga matra, videografi, dan instalasi dari 32 seniman/kelompok seni.
Secara artistik tidak ada yang menarik dari objek karya foto Arif Sukardono berjudul Re Public, mengingat objek foto yang diambil Arief secara visual bisa dengan mudah ditebak dikerjakan oleh warga setempat tanpa dibebani dengan detail-detail sebuah karya tiga dimensi. Selama lebih dari 20 tahun Arief mengumpulkan foto-foto patung/monumen yang tersaji di ruang publik semisal ruang milik jalan, pertigaan-perempatan jalan, maupun di depan perkantoran.
“Saya memotret di beberapa tempat di antaranya Salatiga, Wonogiri, Klaten, dan tempat lain di luar Yogyakarta saat melintas. Tidak ada tujuan khusus mengumpulkan. Sambil jalan saja. Beberapa saya ambil ulang saat saya melewati daerah tersebut karena diperbaiki warna catnya, ataupun perbaikan minor lainnya,” kata Arif kepada satuharapan.com saat pembukaan pameran, Senin (8/7).
Hingga saat ini sudah terkumpul lebih dari 2.000 karya foto patung/monumen di ruang publik, yang menurut rencana akan dibuat menjadi sebuah buku.
“Kalau melihat visual monumen/patung tersebut secara artistik tidak begitu menarik. Detail warna, perbandingan ukuran, ekspresi, bisa jadi tidak terlalu diperhitungkan. Menurut saya justru di situ menjadi menariknya. Rencananya buku tersebut ada kajian secara antropologis, sosiologis, serta perspektif lainnya. Dalam bahasa populer saja, biar tidak membosankan,” lebih lanjut Arif menjelaskan.
Pameran seni rupa Wirama yang dimaksudkan sebagai upaya untuk memaknai ulang prinsip ‘Wirama’, sebuah pendekatan dalam praktik dan pemaknaan seni di Yogyakarta melibatkan seniman-perupa lintas generasi dan disiplin seni rupa. Seniman-perupa senior yang terlibat di antaranya Nasirun, Dyan Anggraini, Yaksa Agus Widodo, pematung Hedi Hariyanto, hingga seniman-perupa muda Dyah Retno Fitriani dengan karya keramik, dan Annisa Putri Cinderakasih. Dua kelompok seni Kesini@n dari Kulon Progo dan AB DW dari Gunung Kidul memamerkan karya instalasi.
Menarik ketika seniman-perupa Oik Wasfuk, Arwin Hidayat, Rudi Dharmawan, dan Maryanto, yang mempresentasikan karya dengan eksplorasi kemampuan manual. Gunnar Spellmeyer (guru besar Design & Medien Hochschule Hannover, Hannover, Jerman, Red) mengatakan bahwa di negara-negara Barat ada tren yang paling baru, khususnya Inggris, di mana seniman-seniman mulai kembali mengeksplorasi kemampuan-kemampuan manual (dalam proses penciptaan karya) sebagaimana yang telah terjadi akibat pengaruh revolusi industri pada masanya yang sangat masif untuk memunculkan berbagai macam reaksi.
Karya-karya yang berbasis pada kekuatan tangan (craftmanship) yang dilakukan oleh seniman-perupa muda hari ini, ke depannya akan menjadi penting dan akan mewarnai seni rupa di masa datang.
Pameran seni rupa Wirama akan berlangsung di Museum Sonobuyo Jalan Pangurakan No 6, Ngupasan, Kec Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta hingga 16 Juli 2019.
Editor : Sotyati
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...