Pameran Seni Rupa Pasuruan di Taman Budaya Yogyakarta Digelar
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 57 karya seni rupa dari 39 perupa asal Pasuruan-Jawa Timur dipamerkan di Ruang Pamer Taman Budaya Yogyakarta (TBY) 13-20 November 2015. Gelaran yang mengusung tema Gandheng Renteng#5 Kecipir Mrambat Kawat, tersebut diselenggarakan oleh Komunitas Guru Seni dan Perupa Pasuruan (KGSP) dengan memamerkan karya lukisan, patung, fotografi, fashion, instalasi, video art, pertunjukan seni, maupun diskusi.
Dalam perjalanannya yang kelima, Pameran Seni rupa Pasuruan di TBY merupakan penyelenggaraan di luar Pasuruan yang kedua kalinya, setelah sebelumnya pada Gandheng Renteng#3 dihelat di Kota Malang (2013).
Pada pembukaan pameran, guru besar ISI Yogyakarta Prof. Dwi Marianto., MFD., Ph.D. memberikan sambutan bahwa melihat pameran itu seperti membaca puisi, dimana banyak metafora di dalamnya sebagai gambaran realitas (hidup). Dengan berpameran diluar Pasuruan yang melibatkan seniman dan seni diluar seni rupa akan menambah wawasan bagi perupa dan pelaku seni lainnya dalam karya berikutnya karena sesungguhnya seni itu saling kait-mengait.
Dalam acara pembukaan pameran dipentaskan perform musikalisasi puisi dari palajar MAN Pasuruan perform tari Remo yang menjadi tarian khas Jawa Timur, pembacaan pusis oleh Merapi Man serta pementasan teater dengan judul Mandi oleh Teater Psikopart di lobby ruang pamer TBY.
Kecipir mrambat kawat
Zuhkhriyan Zakaria (kurator pameran Gandheng Renteng#5) menjelaskan tema Kecipir Mrambat Kawat diambil dari parikan (pantun) yang biasa digunakan masyarakat Jawa Timur sehari-hari sebagai penerjemahan atas proses berkarya dengan sistem open call pada perupa aktif di Pasuruan dengan menghadirkan karya old master seni rupa Pasuruan dan mengundang perupa dari luar Pasuruan dengan harapan komposisi (karya) yang tercipta menjadi semacam laporan yang terbarukan tentang capaian seni yang telah dilakukan dan bukan didasarkan pada suatu tema besar.
Kuss Indarto (kurator dan penulis seni rupa Yogyakarta) yang didaulat untuk memberikan sekapur sirih tentang pameran tersebut memberikan apresiasi atas perhelatan tersebut dengan dua catatan penting bahwa pameran seni rupa dari perupa Pasuruan diluar daerahnya akan menjadi (energi) positif bagi proses berkarya selanjutnya yang harus dijaga. Diluar itu akan muncul soliditas dari perupa dalam kelompok-kelompok kecil menjadi seni yang spesifik. 'Perpecahan' itu penting dalam perjalanan komunitas karena akan memberikan banyak warna.
Pasuruan dan Tuban pada abad 18-19 adalah kota penting di pesisir pantai utara Jawa sebelum berkembang menjadi seperti sekarang ini, termasuk dalam seni rupa dan seni lainnya. Sehingga perkembangan seni(rupa) di Pasuruan sesungguhnya sudah berlangsung lama dan bukan bagian dari perkembangan kota sekitarnya yang meminggirkannya. Ini perlu diketahui oleh perupa dan pelaku seni di Pasuruan, tandas Kuss.
Pameran seni rupa Gandheng Renteng#5 mendapat sambutan yang cukup meriah dari masyarakat luas maupun perupa di Yogyakarta dan sekitarnya. Tidak kurang perupa Djoko Pekik, Nasirun, Bambang Heras, Yuswantoro Adi, turut hadir dalam pembukaan acara menyaksikan karya perupa Pasuruan.
"...kecipir mrambat kawat, masiyo gak mampir pokoke liwat..."
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...