Pangeran Charles Peringatkan Kembalinya Masa Kelam 1930-an
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Pangeran Charles dari Kerajaan Inggris memperingatkan pada Kamis (22/12) bahwa dia menentang intoleransi terhadap para pengungsi yang melarikan diri karena penganiayaan agama, seraya mengatakan bahwa meningkatnya gelombang populisme mengingatkan pada masa kelam era 1930-an.
“Penderitaan tidak berakhir ketika mereka tiba mencari perlindungan di negara asing,” kata pewaris takhta tersebut kepada radio BBC, dikutip dari AFP.
Kita sekarang melihat munculnya banyak kelompok populisme di seluruh dunia yang semakin agresif terhadap orang-orang yang menganut agama minoritas.
Pangeran Charles mengatakan, komentarnya tidak hanya berlaku pada umat Kristen yang melarikan diri dari Timur Tengah, namun juga umat agama lain yang teraniaya di dunia termasuk Yazidi, Yahudi, Ahmadiyah, dan Baha.
Komentar Charles tersebut mengacu pada ekstremis mengerikan yang terjadi pada Perang Dunia II. Pangeran Wales mengatakan hampir 70 tahun kemudian kita masih harus melihat penganiayaan brutal yang tidak dapat diterima.
Dalam bahasa halusnya, Pangeran telah memperingatkan bahwa orang-orang berjuang untuk menangkap besarnya dampak gelombang penganiayaan agama oleh ekstremis Islam dalam perang di Suriah dan Irak, yang telah menyebabkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal mereka.
"Semua ini memiliki gema dan mengingatkan pada peristiwa kelam tahun 1930-an. Saya lahir pada tahun 1948 setelah berakhirnya Perang Dunia II di mana generasi orangtua saya telah berjuang, dan mati dalam pertempuran melawan intoleransi ekstremisme mengerikan dan upaya manusiawi untuk memusnahkan populasi Yahudi Eropa.
Masa kelam tahun 1930 itu adalah genosida terhadap kira-kira enam juta penganut Yahudi Eropa selama Perang Dunia II, yang menurut Wikipedia, suatu program pembunuhan sistematis yang didukung oleh negara Jerman Nazi, dipimpin oleh Adolf Hitler, dan berlangsung di seluruh wilayah yang dikuasai Nazi. Dari sembilan juta Yahudi yang tinggal di Eropa sebelum Holocaust, sekitar dua pertiganya tewas. Secara khusus, lebih dari satu juta anak Yahudi tewas dalam Holocaust, serta kira-kira dua juta wanita Yahudi dan tiga juta pria Yahudi.
Beberapa pakar bahkan berpendapat meliputi pula genosida Nazi terhadap jutaan orang dalam kelompok lain selain Yahudi, di antaranya orang Roma, komunis, tawanan perang Soviet, warga Polandia dan Soviet, homoseksual, orang cacat, Saksi Yehuwa dan musuh politik dan keagamaan lain, yang menjadi korban, terlepas apakah mereka berasal dari etnis Jerman atau bukan.
Pangeran sangat terpengaruh oleh laporan yang telah dirilis bulan lalu oleh the Catholic Charity Aid to the Church in Need, yang memperingatkan bahwa ekstremis Islam terlibat dalam "upaya sistematis untuk memusnahkan" Kristen dan kelompok lain.
“Skala penganiayaan agama di seluruh dunia secara luas juga tidak terbatas pada orang-orang Kristen di daerah bermasalah di Timur Tengah,” kata Pangeran Charles, seperti dikutip dari telegraph.co.uk.
Pangeran Charles mengatakan, Natal adalah tentang kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Tahun ini semakin mengingatkan kita mengenai kisah kelahiran Tuhan Yesus yang melarikan diri dari menghindari penganiayaan dari Raja Herodes.
"Apa pun jalan agama kita mengikuti tujuan sama, menghargai dan menghormati orang lain, menerima hak sesama untuk hidup damai dalam kasih Allah”.
Editor : Sotyati
Gereja-gereja di Ukraina: Perdamaian Dapat Dibangun Hanya At...
WARSAWA, SATUHARAPAN.COM-Pada Konsultasi Eropa tentang perdamaian yang adil di Warsawa, para ahli da...