Panggilan sebagai Hamba Allah
SATUHARAPAN.COM – Liturgi Minggu Adven II menengahkan kembali nubuat Yesaya mengenai hamba Allah (Yes. 11:2-5). Dalam nubuat itu dijelaskan, ia tidak mengikuti kemauannya sendiri. Dia menaruh kehendaknya di dalam kehendak Allah.
Hamba Allah merupakan seorang yang bijak sekaligus bajik—tak hanya pintar, juga punya nurani. Masalah kepemimpinan adalah banyak orang pintar, tetapi tiada hati. Semuanya serbalogis. Tak sedikit pula orang pintar yang gemar memintari orang lain.
Hamba Allah juga seorang yang cakap mengambil keputusan dan melaksanakannya. Banyak orang cakap mengambil keputusan, tetapi tak cakap mewujudkannya. Sehingga, keputusan tinggal keputusan.
Hamba Allah mengenal kehendak Allah dan takwa kepada-Nya. Dia tahu kehendak Allah dan berupaya menjadikan kehendak Allah itu sebagai kehendaknya sendiri. Dia menyerahkan dirinya terlibat aktif di dalam kehendak Allah itu. Ini juga masalah pemimpin: tahu yang baik, tetapi tak mau mengusahakannya.
Kesukaan hamba Allah adalah taat kepada Tuhan. Ketaatan bukanlah paksaan. Menaati Tuhan merupakan jalan yang rela ditempuhnya. Menjadi taat merupakan pilihan.
Hamba Allah juga tidak mengadili sekilas pandang atau berdasarkan kata orang. Dalam mengambil keputusan, dia merasa perlu bertindak tegas terhadap dirinya sendiri. Dia tahu dia punya keterbatasan. Dia tidak terjebak untuk mengikuti nalurinya. Dia menahan diri untuk tidak mengikuti prasangka. Semakin cerdas orang, kadang malah tak mampu melihat dengan jernih. Begitu percaya diri, sehingga merasa praduganya pasti benar.
Dan dia tidak mengambil keputsan berdasarkan kata orang. Dia merasa perlu bertindak cover both side. Dia merasa perlu memperhatikan pertimbangan banyak pihak. Juga pihak-pihak yang berseberangan dengan dirinya sendiri. Dia berdiri di atas kepentingan semua pihak, terutama pihak-pihak yang bertentangan.
Orang miskin dihakiminya dengan adil, orang tak berdaya dibelanya dengan jujur; orang bersalah dihukum atas perintahnya, orang jahat ditumpasnya. Ia bertindak dengan adil dan setia dalam segala-galanya. Dia bertindak adil. Yang salah, ya dihukum. Yang benar, ya dibela.
Demikianlah tindakan-tindakan konkret seorang yang memanggil dirinya sebagai hamba Allah. Menjadi hamba Allah sesungguhnya juga merupakan panggilan setiap orang.
Editor : Yoel M Indrasmoro
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...