Paranoid Hanya Melahirkan Kebencian
Kebencian tidak akan menyelesaikan soal apa pun.
SATUHARAPAN.COM – Pernahkah kita merasa ketakutan tanpa alasan? Entah takut pada sesuatu, seseorang ataupun takut menghadapi hari yang akan datang. Beberapa dari kita memahmi ketakutan yang berlebihan tanpa alasan tersebut dengan istilah paranoid. Wikipedia mengartikan paranoid atau dengan istilah lain paranoia adalah gangguan mental yang diderita seseorang yang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya. Dikatakan sebagai bentuk gangguan bila perilaku tersebut sifatnya irasional, menetap, mengganggu, dan membuat stres.
Belakangan ini, di melalui media, baik media sosial maupun media mainstream kita disuguhi berita-berita yang saya rasa adalah ketakutan yang diproduksi secara masal. Ketakutan pada yang berbeda iman (kepercayaan/agama), berbeda suku, berbeda status social, dan berbeda orientasi seksual.
Kita dari hari ke hari terus mengkonsumsi berita, wacana homogenitas. Sadar atau tidak, kita sedang berada pada spekturum menuju satu konsep penyeragaman. Apakah homogenitas itu buruk? Dalam konteks media, tentu hal ini buruk, karena publik tidak akan pernah memiliki pilhan beragam, jika bentuk acara, wacana tulisan yang dikonsumsi di media satu dengan yang lain tidak berbeda. Dampak lain adalah kita tidak diajari melihat sesuatu yang berbeda dari konstruksi yang dibuat, dan pada akhirnya kita hanya akan memiliki sense untuk mengelola kepelbagaian pada level bontot.
Kita juga bisa membayangkan, jika wacana penyeragaman tersebut mulai dikonsumi oleh anak-anak kita. Sudah dapat diprediksi bahwa ke depan, saat usia mereka dewasa, akan tergagap-gagap jika ada persinggungan karena kepelbagian tersebut. Bisa dikatakan, asumsinya adalah anak-anak akan rentan terhadap konflik yang berakar dari keberagaman tersebut.
Ketidakmampuan mengelola keberagaman tersebut, sangat mungkin membawa kita semua pada ketakutan yang irasional (paranoid). Kita tidak akan pernah membiarkan kepelbagaian ada di sekitar kita, yang membuat kita kita cenderung memberangus hal yang beda dan memberi klaim kebenaran hakiki pada yang kita wacanakan.
Hal ini tentu membahayakan. Sebab dari ketakutan berlebih tanpa alasan tersebut akan memunculkan kebencian. Tidak perlu kita berandai-andai. Jika kebencian memang sudah merasuk dalam hidup kita sehari-hari, di situlah kita akan melihat peluang bahwa yang berbeda dengan kita pantas kita tiadakan.
Kebencian tentu tidak akan menyelesaikan soal apa pun, kebencian cenderung membuat kita menjadi marah kepada pihak lain, dan kebencian akan mengganggu diri kita secara psikologis. Saya, anda dan kita semua, saya yakin adalah orang yang tidak akan membiarkan kebencian menguasai lini-lini kehidupan kita. Kita juga tidak akan membiarkan anak-anak kita tumbuh dalam kebencian dan saling membenci pada yang berbeda. Sebab kita tahun bahwa cinta kasih lebih luhur dan urgent untuk kita perkenalkan kepada anak-anak kita. Karena cinta yang akan melampaui kebencian, cinta yang akan terus memberikan penghargaan dan merayakan keberagaman di sekitar kita.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...