Parlemen Hongaria Setujui Tawaran Keanggotaan Finlandia di NATO
BUDAPEST, SATUHARAPAN.COM-Parlemen Hongaria pada Senin (27/3) menyetujui tawaran Finlandia untuk bergabung dengan NATO, mengakhiri penundaan berbulan-bulan dan membawa negara Nordik itu selangkah lebih dekat untuk menjadi anggota penuh aliansi militer Barat.
Langkah itu, disahkan dengan 182 suara setuju dan enam menentang, dilakukan setelah pemerintah Hongaria selama berbulan-bulan membuat frustrasi sekutu di NATO dan Uni Eropa dengan berulang kali menunda pemungutan suara setelah hampir semua anggota aliansi lainnya meratifikasi tawaran Finlandia.
Sementara persetujuan Hongaria disambut dengan lega di Helsinki dan di tempat lain, aksesi NATO untuk Swedia tetap mengawang karena anggota partai yang memerintah Hongaria bersikeras mereka akan menunggu Stockholm untuk menjernihkan ketidaksepakatan yang masih ada sebelum mereka melakukan pemungutan suara. Finlandia dan Swedia bersama-sama mengajukan keanggotaan setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Menambah ketidakpastian atas tawaran Swedia adalah keberatan Turki sendiri di tengah tuduhan bahwa Stockholm terlalu lunak terhadap kelompok yang dianggapnya sebagai organisasi teror.
Agnes Vadai, seorang anggota parlemen dari partai oposisi Koalisi Demokrat Hongaria, mengatakan pada hari Senin bahwa partai Fidesz yang berkuasa telah menggunakan "dalih" untuk menunda ratifikasi untuk kedua negara, dan penundaan lebih lanjut dapat mendorong pemungutan suara untuk Swedia hingga awal April atau bahkan Mei.
“Tidak ada alasan nyata untuk tidak mendukung negara-negara ini,” kata Vadai, mantan menteri luar negeri di kementerian pertahanan Hongaria, kepada The Associated Press. "Aksesi NATO seharusnya tidak menjadi masalah perasaan pribadi dan pemerasan."
Turki sekarang satu-satunya dari 30 anggota NATO yang belum meratifikasi aksesi Finlandia. Kebulatan suara penuh diperlukan untuk menerima anggota baru ke dalam aliansi.
Namun, komite parlementer Turki untuk urusan luar negeri pekan lalu menyetujui aplikasi keanggotaan NATO bagi Finlandia, dan pemungutan suara untuk aksesi diharapkan diadakan sebelum pemilihan presiden dan parlemen Turki pada 14 Mei.
Sementara Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, telah lama mengisyaratkan dukungan negaranya untuk ekspansi NATO, pemerintahnya menuduh bahwa politisi Swedia dan Finlandia telah mengatakan "kebohongan terang-terangan" tentang kondisi demokrasi Hongaria yang membuat beberapa anggota parlemen partai yang berkuasa tidak yakin apakah akan mendukung tawaran aksesi NATO.
Dalam sebuah wawancara dengan AP di PBB Jumat, Menteri Luar Negeri Hongaria, Peter Szijjarto, mengatakan kritik terus-menerus Barat terhadap Hongaria pada isu-isu demokrasi dan budaya telah membuat pemerintah enggan menawarkan dukungan pada hal-hal praktis, khususnya pembangunan NATO melawan Rusia.
Uni Eropa, yang mencakup 21 negara NATO, selama bertahun-tahun menuduh pemerintah Orban menindak kebebasan media dan hak LGBTQ, mengawasi budaya korupsi resmi yang mengakar dan mengkooptasi lembaga negara untuk melayani kepentingan partai Fidesz yang berkuasa.
Beberapa politisi dan analis oposisi Hongaria percaya langkah negara itu pada ratifikasi bertujuan untuk mendorong Swedia dan Finlandia untuk mendukung pencairan miliaran dana UE yang dialokasikan untuk Budapest yang telah dibekukan karena dugaan pelanggaran standar aturan hukum blok tersebut.
Tetapi Samuel Agoston Mraz, direktur thinktank Nezopont Intezet pro pemerintah di Budapest, mengatakan Hongaria tidak akan mengambil langkah mengenai Swedia sampai Turki memutuskan apakah akan menyetujui tawaran keanggotaan NATO negara itu.
Mraz mengatakan Hongaria “tidak ingin membuat keputusan melawan Turki” dan juga menginginkan jaminan dari Stockholm untuk meningkatkan hubungan bilateral.
“Hongaria adalah pendukung NATO yang bersatu. Ia tidak percaya pada Turki versus semua negara anggota lainnya,” kata Mraz. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...