Parlemen Ukraina Bentuk Pemerintah Sementara, Rusia Adakan Latihan Tempur
KIEV, SATUHARAPAN.COM - Parlemen Ukraina hari Kamis (27/2) bersidang untuk menyetujui pembentukan pemerintah sementara yang pro Barat setelah Amerika Serikat menawarkan bantuan ekonomi kepada negara yang dilanda krisis itu, serta memperingatkan Rusia tidak melakukan intervensi militer.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebelumnya memerintahkan dengan cepat persiapan latihan tempur di dekat perbatasan Ukraina, sehari setelah presiden pro Rusia, Viktor Yanukovych, digulingkan. Rusia menyebutkan alasan meningkatnya kekhawatiran atas separatisme dan standar ekonomi.
Di Kiev, massa sekitar 25.000 orang yang berkumpul di Lapangan Kemerdekaan (Independence Square) yang menjadi jantung aksi protes selama tiga bulan yang menggulingkan Yanukovych, bersorak pada hari Rabu, karena Arseniy Yatsenyuk (39 tahun) diangkat sebagai perdana menteri sementara.
Kabinet baru akan terbentuk dengan mudah dan cepat pada hari Kamis ini, setelah pembelotan massal dari kubu Yanukovych dan parlemen berada di tangan oposisi, seperti dilaporkan kantor berita AFP. Beberapa nama yang di nominasi dalam kabinet menunjukkan tanda yang jelas bahwa para pengunjuk rasa yang mengambil alih situasi.
Wartawan Tetyana Chornovil yang diserang pada bulan Desember setelah menerbitkan laporan hasil investigasi tentang kekayaan Yanukovych, disebut menjadi Ketua Komite Anti Korupsi yang baru.
Pemimpin oposisi terkemuka, Dmytro Bulatov, yang juga pernah diculik dan disiksa oleh orang yang dipercaya merupakan preman pro Yanukovych pada bulan Januari, diangkat menjadi Menteri Olahraga dan Pemuda. Kementerian ekonomi ditawarkan kepada Presiden Kiev School of Economics, Pavlo Sheremeto.
Sementara itu, media Rusia, Ria Novosti, menyebutkan bahwa Arseny Yatsenyuk yang pernah menjabat menteri ekonomi selama satu tahun sampai dengan Agustus 2006 juga akan masuk dalam kabinet.
Nominasi lain adalah Andriy Paruby, kepala pasukan pertahanan diri selama beberapa bulan terakhir protes akan menjabat Sekretaris Dewan Keamanan Nasional dan Pertahanan.
Latihan Tempur Rusia
Di Moskow, Putin memerintahkan militernya untuk menjalani latihan kesiapan tempur di barat Rusia yang juga berbatasan dengan sisi timur laut Ukraina. Latian ini, menurut laporan AFP, mengerahkan 150.000 prajurit, 90 pesawat, 880 tank, dan 80 kapal. Latihan dimulai pada hari Rabu (26/2) pada pukul 14.00 waktu setempat dan akan berlangsung hingga 3 Maret.
Tindakan Rusia ini mengundang tanggapan tajam dari Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, yang memperingatkan bahwa setiap operasi militer Rusia di Ukraina akan menjadi "kesalahan besar."
Kerry sebelumnya mendesak "setiap negara" untuk menghormati "integritas teritorial" dan kedaulatan Ukraina.
Pihak Moskow menjadi marah karena peristiwa dramatis penggulingan presiden yang pro Rusia di negara tetangga Ukraina. Negara itu dilihat oleh Putin sebagai mitra penting untuk memimpin membangun aliansi baru pasca Uni Soviet yang bisa menyaingi Uni Eropa dan blok NATO.
Upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan itu terus dilakukan. Ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mengumumkan dia akan mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, pada tanggal 6 Maret di Roma setelah dia pergi ke Kiev pada hari Senin.
Kerry juga menekankan bahwa krisis Ukraina tidak dilihat dalam konteks perang dingin. "Saya ingin menggarisbawahi kepada semua orang bahwa ini bukan…zero-sum game.”
Pinjaman US$ 1 Miliar
Khawatir Ukraina berada di ambang kejatuhan, Kerry juga mengatakan Washington "membuat formula awal jaminan pinjaman sebesar US$ 1 miliar (sepadan dengan Rp 11,6 triliun). Dia menambahkan bahwa Uni Eropa sedang mempertimbangkan jaminan pinjaman senilai US$ 1,5 miliar (sepadan Rp 17,3 triliun).
Ekonomi Ukraina merosot setelah keputusan Moskow membekukan paket pembayaran besar-besaran yang dijanjikan Putin berjanji untuk Yanukovych sebagai kompensasi menolak hubungan yang lebih erat dengan Uni Eropa. Keputusan pada November itu mengejutkan dan memicu protes massa yang menyebabkan tergulingnya Yanukovych pada akhir pekan lalu.
Kekhawatiran terjadinya krisis ekonomi karena defisit Ukraina yang mencapai US$ 35 miliar (sepadan dengan Rp 406 triliun), sementara nilai tukar mata uangnya merosot tajam.
Di Mana Yanukovych?
Mantan Presiden ViktorYanukovych, setelah digulingkan tidak diketahui keberadaannya. Dia dicari karena dugaan pembunuhan massal. Publik di Ukraina secara luas meyakini dia bersembunyi di Crimea dengan dua putranya dan tim kecil penjaga bersenjata.
Jaksa Agung sementara yang baru bersikeras bahwa buronan mantan pemimpin Ukrainan itu itu masih berada di wilayah Ukraina. Dia juga telah meminta surat perintah penangkapan kepada pihak internasional, termasuk terhadap mantan Menteri Dalam Negeri, Vitaliy Zakharchenko yang dikenal sebagai tokoh yang sangat dibenci pengunjuk rasa karena memerintahkan penggunaan kekuatan mematikan.
Juru bicara Putin terlihat kebingungan ketika dipaksa untuk mengatakan bahwa dia tidak memiliki informasi mengenai laporan televisi swasta Rusia yang mengklaim Yanukovych bersembunyi di sebuah resor kesehatan pemerintah di dekat Moskow.
Pemimpin oposisi Ukraina dan mantan juara tinju dunia, Vitali Klitschko, mengatakan pada harian di Jerman, Bild, "Saya hanya bisa memperingatkan Presiden Rusia yang melindungi Yanukovych dan menawarkan perlindungan kepada seorang diktator berdarah."
Kasus Crimea
Pemerintah Ukraina menghadapi tantangan mengatasi situasi keamanan yang tidak menentu di semenanjung Crimea di wilayah selatan. Di sana komunitas etnis Rusia menjadi khawatir dengan retorika nasionalis yang makin agresif di kalangan politisi terkemuka di Ukraina, seperti dilaporkan Ria Novosti.
Masalah menjadi rumit ketika perwakilan dari komunitas etnis Tatar yang merupakan lebih dari 10 persen populasi Crimea, keluar untuk mendukung rezim yang digulingkan, dan menciptakan ketegangan di wilayah semenanjung itu.
Pada hari Kamis (27/2) pagi, satu kelompok tak dikenal bersenjata menangkap anggota parlemen kota Simferopol di Crimea dan mengibarkan bendera Rusia. Bentrokan terjadi di sana pada hari Rabu yang menentang pemerintah sementara. Banyak di antara mereka mengibarkan bendera Rusia.
Dilaporkan, setidaknya dua orang meninggal dan 30 orang mencari bantuan medis akibat bentrokan, kata kementerian kesehatan setempat, pada hari Kamis (27/2).
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...