Partai Anti Islam Klaim Menangi Pilpres Tunisia
TUNIS, SATUHARAPAN.COM - Beji Caid Essebsi, politisi berusia 88 tahun yang melesat melalui partai politik anti-Islam yang ia dirikan, Nida Tunis, mengklaim memenangi Pilpres di negara itu, menaklukkan rivalnya, Moncef Marzouki, yang saat ini berkuasa sebagai presiden sementara.
The Wall Street Journal melaporkan, para pendukung Essebsi turun ke jalan tadi malam merayakan kemenangan politisi veteran yang memiliki hubungan politik erat dengan rezim otokrasi lama. Essebesi mengumumkan kemenangan dirinya hanya beberapa saat setelah Pilpres ditutup pukul 18:00 kemarin. Perhitungan suara tidak resmi dari sejumlah lembaga menyatakan Essebsi memenangi Pilpres dengan perolehan suara antara 52 persen dan 55 persen.
Berakhirnya Pilpres kali ini menandai periode transisi yang bermula pada 2011, ketika diktator lama, Zine El Abidine Ben Ali tumbang.
Jika kemenangan Essebsi dikonfirmasi oleh otoritas Pemilu negara itu, kemenangannya merupakan pucak dari meroketnya partai anti Islam tersebut, yang selama Pilpres mengemas ulang Essebsi dan politisi-politisi senior lainnya sebagai negarawan berpengalaman dalam memimpin bangsa.
Kemenangan ini juga membawa partai Nida Tunis mengendalikan pemerintahan sekaligus parlemen, yang bagi sebagian kalangan dianggap kemunduran demokrasi di Tunisia, yang selama ini dianggap bergerak maju walaupun tersendat-sendat. Kini kemungkinan terbuka untuk hadirnya sebuah pemerintahan satu partai seperti di masa lalu.
Esseebsi, yang sebelumnya sudah berulang kali menduduki jabatan kabinet di rezim sebelumnya, mencoba mengenyampingkan berbagai kekhawatiran itu saat berpidato di televisi negara tadi malam. Ia berterimakasih kepada lawannya, Moncef Marzouki. Ia mengatakan, mendedikasikan "kemenangannya kepada para martir Tunisia," dan menyerukan politik inklusif.
Walaupun hasil resmi baru akan diperoleh paling cepat hari ini, para jurukampanye Essebsi mengatakan terdapat indikasi-indikasi positif bahwa kandidadt mereka memenangi Pilpres. Mereka mendorong para pendukung untuk merayakannya.
Marzouki yang menjadi presiden sementara sejak 2011, menolak mengakui klaim Essebsi. Berpidato pada hari Minggu malam, ia menyerukan pendukungnya untuk bersabar hingga perhitungan resmi diumumkan.
"Tunisia telah menang hari ini," kata dia. "Demokrasi telah menang....Ini adalah awal dari era baru dimana tidak ada satu orang pun yang memenangi suara 99 persen," kata dia.
Adnene Mansar, direktur kampanye Marzouki mengatakan, pertarungan kedua kandidat sangat berimbang dan perbedaan perolehan suara sangat tipis. "Perbedaan suara mereka bukan dalam hitungan ratusan ribuan suara," tutur dia. "Kami mengingatkan untuk tidak mengambil kesimpulan terlalu awal," tambah dia.
Anouar Gharby, pendukung Marzouki lainnya, mengatakan pihaknya memenangi Pilpres kali ini. Tetapi, lanjut dia, para pengacara mereka sedang menyelidiki keluhan kecurangan Pilpres yang kemungkinan bisa mengurangi peluang Marzouki.
Sementara itu para pendukung Essebsi membanjiri jalan raya dengan membawa bendera Tunisia dan meneriakkan, "Beji, Presinden" di lapangan-lapangan publik di luar kantor pusat partai Nida Tunis.
"Kami sangat lega," kata Aida Masmoudi, seorang dokter berusia 46 tahun yang berdiri terengah-engah di luar kantor partai di pinggiran kawasan mewah di utara kota. "Beji mewakili semua orang. Ia menghormati seluruh rakyat Tunisia. Saat ini adalah situasi kritis dan sekarang waktunya kembali bekerja," kata perempuan itu.
Essebsi telah menjadi kandidat favorit untuk memenangi Pilpres namun mendapatkan perlawanan yang tak terduga dari Marzouki, aktivis HAM berusia 69 tahun, dokter yang ditunjuk sebagai presiden interim pada 2011 oleh majelis konstituante.
Menurut Masmoudi, ia menghormati Marzouki sebagai sesama kolega dan sebagai dokter tetapi menurut dia, marzouki bukan orang yang tepat untuk situasi saat ini. Marzouki, kata dia, pemimpin yang peragu.
Para analis mengatakan Essebsi muncul sebagai favorit karena mampu membawa semangat revolusioner publik di tengah rasa frustrasi terhadap masa transisi yang ditandai oleh kontraksi perekonomian dan memburuknya keamanan.
Editor : Eben Ezer Siadari
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...