Partai Gamaa Islamiyah Mesir Tarik Dukungan untuk Morsi
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Partai kelompok ultrakonservatif Mesir, Gamaa Islamiyah, mengatakan bahwa kelompok ini tengah mempertimbangkan untuk menarik diri dari blok Islamis mantan Presiden Mesir, Mohammed Morsi, yang disebut Aliansi Nasional untuk Mendukung Legitimasi (National Alliance to Support Legitimacy / NASL).
Situs berita Mesir, Al Ahram, hari Rabu (10/12) memberitakan bahwa beberapa kelompok baru-baru ini juga meninggalkan NASL yang dipimpin gerakan Islam yang sekarang dilarang oleh Mesri, Ikhwanul Muslimin.
Awad Hattab, mantan kepala Gamma Islamiyah di kota Delta Nil, Damietta, mengatakan kepada Al Ahram bahwa pemimpin kelompok itu mengadakan pertemuan untuk membahas sikap menarik diri dari NASL.
Disebutkan bahwa sejumlah media di Mesir juga mengutip tokoh Gamaa Islamiyah lainnya dan melaporkan berita yang isinya sama.
Menurut Hattab, para pemimpin mempertimbangkan penarikan dukungan bagi NASL setelah mendapatkan tekanan kuat dari sayap reformasi di dalam partai itu. Kelompok lain yang telah meninggalkan dukungan bagi kelompok pro-Morsi adalah Partai Al-Wasat, dan partai kelompok salafi, Partai Al-Watan.
Gamaa Islamiyah, disebutkan, bertanggung jawab atas pembunuhan Presiden Mesir, Anwar El Sadat, pada tahun 1981. Kelompok ini juga disebutkan bertanggung jawab atas pembunuhan 58 wisatawan dan empat orang Mesir dalam serangan di Luxor pada tahun 1997.
Kelompok Gamaa Islamiyah membentuk sebuah partai politik dengan nama "Pembangunan dan Pengembangan" setelah revolusi 2011 partai itu memperoleh 13 kursi dalam pemilihan Dewan Syura tahun 2011 semasa pemerintahan Morsi.
Kelompok ini memainkan peran kunci dalam NASL yang terbentuk setelah Morsi dipecat tahun lalu dari jabatan presiden. Kelompok ini kemudian menggelar aksi protes untuk menyerukan pengembalian posisi Morsi.
Pemerintah Mesir melancarkan tindakan keras yang berkelanjutan terhadap NASL sejak Morsi digulingkan pada Juli 2013.
Pasukan keamanan membubarkan paksa dua kelompok besar yang melakukan aksi duduk pada Agustus 2013, menyebabkan kematian ratusan orang. Ribuan loyalis kelompok Islamis, termasuk pemimpin tertinggi Ikhwanul Muslimin, telah ditahan atas tuduhan kekerasan, menghasut pembunuhan dan protes yang tidak sah.
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...