Partai JUI-F Pakistan Ancam Jatuhkan Pemerintah
ISLAMABAD, SATUHARAPAN.COM - Ketua Partai Jamiat Ulema-e-Islam Fazl (JUI-F) Pakistan, Fazlur Rehman, menyebutkan bahwa pawai 'Azadi' yang akan dilakukan pada 27 Oktober mendatang dengan istilah "perang." Dia mengatakan bahwa hal itu "berakhir hanya ketika pemerintah jatuh".
"Seluruh negara akan menjadi zona perang kita," katanya kepada wartawan pada konferensi pers di Peshawar, hari Sabtu (5/10). JUI-F adalah partai Islam yang pada pemilu 2013 hanya memperoleh suara 3,5 persen, dan kemudian tidak memiliki perwakilan di tingkat nasional.
Sementara itu, pihak pemerintah, seperti diungkapkan Menteri Luar Negeri, Shah Mahmood Qureshi, pada hari Senin (7/10) mengatakan bahwa pemerintah "sama sekali tidak takut" pada ancaman JUI-F yang akan menggelar aksi itu.
Pemerintah bahkan menuduh JUI-F menggunakan para siswa dari sekolah agama (madrasah) untuk melakukan aksi yang berencana menggulingkan pemerintah, dan menganggap hasil pemilu tahun lalu sebagai tidak sah.
"27 Oktober adalah hari terkutuk dan hitam ketika India menduduki Kashmir. Itu adalah hari ketika pasukan India menyerbu Kashmir, jadi hari itu diperingati sebagai Hari Hitam setiap tahun," katanya, seperti dikutip media setempat, dawn,com.
Pemimpin JUI-F telah mengumumkan untuk melakukan pawai panjang melawan pemerintah pada 27 Oktober yang akan mencapai puncaknya di ibukota, di mana partai berencana untuk mengadakan aksi pendudukan.
"Strategi kami tidak akan diam. Kami akan terus mengubahnya untuk mengatasi situasi apa pun," kata Rehman. Dia bersikeras bahwa "banjir manusia dari seluruh negeri" akan datang untuk bergabung dengan pawai dan "penguasa palsu akan tenggelam di dalamnya."
Dia mengklaim didukung partai oposisi, namun dua partai oposisi utama menyatakan tidak berkomitmen dengan aksi tersebut.
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, dalam sebuah pertemuan menyatakan menyesalkan bahwa Rehman menggunakan anak-anak dari madrasah untuk melawan pemerintah.
Tentang aksinya itu, Rehman dinilai mengikuti aksi kelompok Tehreek-i-Insaf terhadap yangpemerintah Pakistan. Juga yang pernah dilakukan Tahirul Qadri dari Pakistan Awami Tehreek dan Tehreek-i-Labbaik Khadim Rizvi, dimana pawai digelar untuk "kemandirian" publik. Namun rehman membantah kesamaan itu.
Dia, menuut dawn.com bahkan tampak jengkel ketika ditanya apakah partainya itu mengumpulkan sumbangan untuk pawai. Dia berkata: "Mengapa kita tidak? Itu hak kita, di mana lagi kita akan mendapatkan uang? Mengapa ada begitu banyak keributan tentang ini? Kami tidak didanai oleh negara barat mana pun. Kami meminta pekerja kami, teman-teman kami."
Serangan anti-Semit
Dilaporkan bahwa Rehman, dalam konferensi pers itu juga mengkritik rencana pemerintah untuk reformasi pendidikan di negara itu, setelah meluncurkan serangan anti-Semit terhadap investor AS keturunan Yahudi, George Soros.
Dia menuduh bahwa "agenda" pemerintah adalah "membuat sistem pendidikan Pakistan tunduk pada Barat". "Kami tahu siapa dia (Perdana Menteri Imran Khan) yang bertemu di New York," kata Rehman. "(Dia bertemu) George Soros, yang menjalankan sebuah LSM dan mendistribusikan dana di seluruh dunia dalam upaya mewujudkan reformasi pendidikan. Dengan bertemu orang Yahudi yang terkenal itu, [pemerintah] telah menjelaskan bahwa mereka tidak ingin membawa reformasi dalam pendidikan agama. Mereka ingin membuat sistem pendidikan Pakistan tunduk kepada Barat. "
Dia juga menuduh perdana menteri bertemu orang-orang yang "berkonspirasi melawan negara-negara lain".
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...