Pasar Mulai Khawatir Trump Bakal Kalahkan Clinton
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pasar mulai khawatir Hillary Clinton, calon presiden yang menjadi favorit, akan kalah oleh Donald Trump, setelah skandal surat elektronik yang dimunculkan kembali menggerogoti popularitas Hillary Clinton.
Bursa Hong Kong anjlok di penutupan perdagangan Rabu sore (02/11). Ini terjadi karena para investor merasa khawatir setelah jajak pendapat terbaru menunjukkan Donald Trump unggul atas Hillary Clinton.
Hang Seng Index anjlok 1,45 persen atau 336,57 poin menjadi 22.810,50.
Shanghai Composite Index merosot 0,63 persen atau 19,71 poin ke level 3.102,73.
Shenzhen Composite Index, bursa saham terbesar kedua di Tiongkok, melemah 0,63 persen atau 13,06 poin menjadi 2.060,05.
Sebelum ini, para analis dan kebanyakan pelaku pasar menganggap pemenang pilpres AS November ini adalah Clinton. Ini disimpulkan dari tiga debat yang diadakan selama beberapa minggu.
Namun, setelah berita muncul bahwa Biro Investigasi Federal (FBI) yang sedang menyelidiki email pribadi Clinton yang sudah dihapus, jajak pendapat menunjukkan bahwa prospek Trump menjadi presiden AS berikutnya telah meningkat. Ini akan menyebabkan tingginya tingkat ketidakpastian di pasar global.
Akibatnya, terjadi aksi jual global (meskipun beberapa analis mengklaim bahwa aksi jual akan terjadi pula menjelang pemilu karena sekelompok besar investor menjadi berhati-hati).
Sebelumnya, Clinton telah memimpin lima persen dalam banyak jajak pendapat. Namun, keunggulannya menyempit ke kisaran 1-2 persen, sementara jajak pendapat lain menunjukkan bahwa Trump telah benar-benar memimpin sekarang. Itu menyebabkan penurunan saham di Wall Street kemarin.
Dow Jones Industrial Average turun 0,6 persen, indeks Standard & Poor 500 turun 0,7 persen, sementara indeks komposit Nasdaq turun 0,7 persen.
Sentimen negatif juga telah menyebar ke Eropa dan Asia.
Hari ini, Federal Reserve (Fed) akan mengumumkan kesimpulan dari pertemuan kebijakan bulan November. Secara luas diasumsikan bahwa bank sentral AS tidak akan mengubah kebijakan moneternya.
Sebelumnya, pasar mengharapkan kenaikan suku bunga AS pada bulan Desember. Namun, kemenangan Trump dalam pemilu pekan depan bisa menyebabkan meningkatnya volatilitas pasar keuangan (karena kekhawatiran tentang dampaknya terhadap perekonomian) sehingga diperkirakan Fed tidak mengubah rezim suku bunga hingga ke tahun 2017.
Saham Asia jatuh ke posisi terendah dalam tujuh minggu pada hari Rabu (11/2). Indeks Nikkei 225 Jepang merupakan korban terbesar hari ini, jatuh hampir 2 persen. Penurunan ini disebabkan oleh penguatan yen yang melemahkan prospek saham berorientasi ekspor.
Di Asia, IHSG yang paling tidak terkena dampak sejauh ini. Ia hanya turun 0,04 persen menjadi 5,413.78 poin pada pukul 12:00 WIB, sedangkan rupiah terdepresiasi 0,10 persen menjadi Rp 13.060 per dolar AS (Bloomberg Dollar Index).
Sementara itu, dilaporkan bahwa dolar AS melemah di pasar mata uang karena pedagang memutuskan untuk menjual mata uang itu karena mereka menduga Trump akan lebih menyukai dolar AS yang lemah (mempertimbangkan sikap proteksionisnya pada perdagangan internasional).
Selain yen Jepang, emas juga merupakan aset safe-haven kunci yang menguat hari ini. HSBC menyatakan emas akan bullish di masa mendatang, tidak peduli siapa yang menang pemilihan presiden AS. Jika Trump menang, akan mendongkrak harga emas, mungkin sampai USD $ 1.500 per oz. (AFP/indonesia-Investments.com)
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...